"Pesan saya, ini pesan saya, Nyepi itu maknanya kita mengheningkan, menentramkan diri kita selama satu kali duapuluh empat jam untuk instropeksi. Hal apa yang kita lakukan selama ini, baik yang baik dan yang buruk," kata Gubernur Pastika, Denpasar, Sabtu(27/2/2016).
"Rencana apa untuk masa depan, esoknya, dan seterusnya. Supaya kualitas kehidupan kita menjadi lebih baik. Nyepi bukan sekedar bikin ogoh-ogoh," ujar Pastika.
Mantan Kapolda Bali ini menambahkan bahwa dirinya sempat bertanya apakah pernah melihat sosok yang digambarkan dalam bentuk Ogoh-ogoh seperti bentuk raksasa, binatang menyeramkan dan lainnya.
"Kalau saya juga tidak pernah melihat. Saya yakin yang lain juga tidak pernah. Lalu apa itu maknanya? Agama kita (Hindu) penuh dengan simbol. Itu simbol kejahatan. Itu (Ogoh-ogoh) dibuat supaya ingat bahwa kejahatan tidak boleh ada dalam diri kita," tegasnya.
Gubernur juga mengingatkan bahwa ogoh-ogoh dibuat bukan untuk gagah-gagahan terus berkelahi. Bukan diarak keliling kota lalu meminum-minuman keras.
Hal inilah perlu diingatkan terutama kepada anak-anak muda. Perlu diketahui bahwa Ogoh-ogoh dibuat oleh masyarakat Hindu di Bali untuk diarak dimakam Pengerupukan atau tepat di satu hari menjelang Nyepi.
Ogoh-ogoh diarak keliling kota dan dibatasi di wilayah adat masing-masing lalu dibakar untuk mengusir sifat negatif yang disimbolkan didalam sosok Ogoh-ogoh.