Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengais Rezeki di Lokasi Kebakaran Pasar Gedebage

Kompas.com - 21/07/2015, 12:01 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com - Matahari baru muncul ketika Hayati (35) menginjakkan kakinya di lokasi kebakaran Pasar Induk Gedebage. Setelah melihat ke kanan dan kiri, dia dan satu orang rekannya mendekati lokasi.

Sesampainya di lokasi, dia membuka satu buah kantong kresek yang dipegangnya. Dia lalu mengeluarkan perkakas kerjanya, pisau dan magnet bekas berukuran kecil.

"Kami dengar ada kebakaran di Gedebage. Jadi kami sengaja datang ke sini karena biasanya di lokasi kebakaran suka ada paku-paku bekas," ucap Hayati di Pasar Induk Gedebage, Selasa (21/7/2015).

Hayati adalah seorang pemulung. Sehari-hari, dia dan suaminya biasa memulung di sekitar rumahnya di Riung Bandung. Namun, bila ada kebakaran yang lokasinya tidak jauh dengan rumahnya, dia akan berburu ke lokasi kebakaran tersebut untuk mencari barang-barang yang bisa dijual ke tempat rongsokan.

"Biasanya ambil pakunya. Harga pakunya juga enggak mahal, cuma Rp 1.500 per kilogram. Tapi lumayan untuk bantu-bantu suami cari makan," ungkapnya.

Hayati mengatakan, biasanya dalam sehari dia mengantongi uang Rp 15.000 dari kerjanya memulung sampah hampir seharian. Sementara itu, suaminya bisa mengantongi Rp 45.000 atau Rp 55.000 jika sedang dapat rezeki lebih.

Hasil memulung tersebut, sambung Hayati, cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari. Hanya saja harus serba hemat dan membatasi diri. Sebab, dia harus memikirkan tentang sekolah anak-anaknya.

"Yang penting anak bisa sekolah. Kalau tidak sekolah nanti seperti saya, cuma jadi pemulung. Anak-anak saya harus sekolah biar nasibnya lebih baik," tuturnya.

Karena itulah, dia rela menahan lapar, haus, dan panas untuk anak-anaknya. Saat ini, anak terbesarnya masuk ke SMKN 6 Bandung lewat jalur non akademis siswa kurang mampu.

"Setiap saat saya berdoa agar anak-anak bisa sekolah dan mendapat pekerjaan yang bagus. Walau untuk mencapainya harus menahan capek, haus, dan lapar," ungkapnya.

Seperti hari ini, dari rumahnya di Riung Bandung, Hayati pergi pagi buta dengan berjalan kaki.

"Mudah-mudahan hasilnya banyak. Tapi tadi Pak Polisi melarang kami masuk ke tengah-tengah lokasi kebakaran. Padahal kami tidak akan mencuri, hanya mencari paku saja," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com