Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keruk Pasir Laut di Pelabuhan Nelayan Bangka, Negara Bisa Raup Rp 20 M

Kompas.com - 18/04/2024, 17:44 WIB
Heru Dahnur ,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

BANGKA, KOMPAS.com - Negara diproyeksikan bisa menerima setoran pajak hingga puluhan miliar rupiah dari penjualan sedimentasi pasir laut di muara Aik Kantung, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung.

Selain pajak untuk Negara, daerah juga bisa mendapatkan penghasilan dari pungutan retribusi.

"Ini potensi yang harus dikelola secara terbuka, karena ada potensi pendapatan Negara, sekaligus menyelesaikan persoalan nelayan terkait pendangkalan muara."

Demikian ungkap mitra pelaksana, Direktur PT H Putra Bangka, Dedi Hartadi kepada Kompas.com di Pangkalpinang, Kamis (18/4/2024).

Baca juga: Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Dedi menuturkan, potensi penerimaan Negara bisa dikalkulasi dari ketentuan pajak penghasilan 11 persen.

Dari harga patokan Pemerintah, penjualan pasir dalam negeri Rp 98.000 per kubik. Sementara penjualan luar negeri Rp 186.000 per kubik.

Maka jika diambil 11 persen dari Rp 186.000, hasilnya Rp 20.460.

Berdasarkan estimasi, volume sedimentasi pasir laut di muara Aik Kantung mencapai 1.000.000 kubik. Jika dikalikan Rp 20.460 maka potensi pajaknya mencapai Rp 20,4 miliar.

"Nantinya ada jasa pengangkutan dan operasional kegiatan yang tentunya menghidupkan perekonomian daerah Bangka," ujar Dedi.

Luas sedimentasi yang harus digarap tercatat 1,2 hektar dengan target kedalaman enam meter.

Kondisi saat ini gunungan pasir menumpuk di alur masuk muara dengan penyempitan tiga meter dari kondisi ideal 100 meter.

Menurut Dedi, pengerjaan pengangkutan sedimentasi pasir akan diawali dengan pemasangan talud atau penahan ombak sepanjang 300 meter.

Baca juga: Pemasangan Talud Pelabuhan Nelayan di Bangka Terkendala Kewenangan

Sesuai kesepakatan, seluruh pengerjaan dilakukan swasta secara swadaya.

Namun diharapkan Pemerintah nantinya mengalokasikan pembangunan infrastruktur permanen di sekitar muara agar tidak abrasi.

"Saat ini yang dipersiapkan baru dari sisi Aik Kantung karena lahan penampungan sudah tersedia."

"Sisi lainnya beda karena masuk kawasan industri Jelitik. Seharusnya ini berbarengan, terkoordinasi agar setelah pengerukan tidak muncul lagi sedimentasi," ungkap Dedi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Regional
Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Regional
Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Regional
Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Regional
Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Regional
Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Regional
Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Regional
Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Regional
Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Regional
Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Regional
Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Regional
Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Regional
Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Regional
Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com