Selain itu, sebanyak 116 orang dari Basarnas, Kodim 1414 Toraja, BPBD Tana Toraja, Balai Kehutanan, Polres Tana Toraja, SAR Brimob, dan masyarakat sekitar turut membantu proses pencarian.
Prakirawan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Hasmororini, mengatakan bahwa dalam beberapa pekan terakhir kondisi hujan sedang hingga lebat terjadi di sejumlah wilayah Indonesia.
Hal tersebut disebabkan beberapa faktor, di antaranya aktifnya gelombang Ekuator Rossby dan gelombang Kelvin di sekitar wilayah Indonesia bagian tengah.
Gelombang Equatorial Rossby adalah fenomena yang terjadi di atmosfera ketika lautan yang berotasi secara berpasangan dan bergerak ke arah barat di sekitar kawasan ekuator.
Sementara, gelombang Kelvin atmosfer adalah sistem curah hujan tropis yang disertai pola angin barat dan timur yang khas.
“Adanya daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin [konvergensi] yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan memaksimalkan potensi pertumbuhan awan hujan,” kata Hasmororini kepada BBC News Indonesia.
Baca juga: Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja
Oleh karena itu, ia mengatakan selama periode 15-17 April 2024, sejumlah daerah diperkirakan akan mengalami hujan lebat dengan angin kencang yang berpotensi mengalami bencana hidrometeorologi seperti, banjir, banjir bandang dan tanah longsor.
“Wilayah yang berpotensi terdampak longsor di sebagian Aceh, Kalimantan bagian barat dan tengah, Jawa Timur, Sulawesi bagian tengah, Papua bagian utara dan tengah,” ujarnya.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, Abdul Muhari, mengatakan bahwa Tana Toraja memang merupakan kawasan yang memiliki risiko tinggi terjadi bencana tanah longsor. Sebab, kawasan tersebut didominasi oleh perbukitan.
“Hampir 60% dari kawasan kabupaten Tana Toraja merupakan daerah risiko tinggi tanah longsor dan banjir bandang. Tapi untuk kasus ini memang intensitas curah hujan yang dilaporkan oleh BPBD [Badan Penanggulangan Bencana Daerah] itu sangat tinggi,“ ujar Abdul.
Ia menjelaskan bahwa di Indonesia terdapat cukup banyak kawasan yang dapat dikategorikan sebagai kawasan risiko sedang atau tinggi potensi terjadi longsor.
Baca juga: Sesuai Arahan Pj Gubernur Bahtiar, Dinkes Sulsel Kirim Bantuan untuk Korban Longsor di Tana Toraja
Bahkan, Abdul mengatakan bahwa hampir di setiap provinsi ada kawasan yang rawan longsor.
Untuk mengetahui apakah sebuah daerah berpotensi mengalami tanah longsor, Abdul mengatakan bahwa masyarakat dan pemerintah dapat mengakses situs inarisk.bnpb.go.id.
Pada situs itu, warga dapat memasukkan nama daerah ke dalam kolom pencarian dan melihat status kerawanan daerah tersebut terhadap bencana banjir hingga tanah longsor.
Adapun kapan terjadinya bencana sangat tergantung pada curah hujan yang jatuh, khususnya saat cuaca ekstrem.
“Pokoknya semuanya yang termasuk kawasan risiko tinggi, itu kalau ada hujan intensitas tinggi misalkan di atas 30-50 milimeter (mm) per hari. Itu bisa memicu longsor di daerah itu. Jadi kuncinya sekarang itu,“ katanya.
Baca juga: 20 Korban Longsor Tana Toraja Ditemukan, Basarnas Tutup Pencarian
Abdul menjelaskan bahwa ada dua indikator yang dapat menandakan kapan warga harus dievakuasi dari daerah yang rawan tanah longsor.
Pertama, pandangan mata warga tidak bisa mencapai 100 meter ke depan karena dihalangi hujan lebat.
Kedua, intensitas curah hujan mencapai 30 mm hingga 50 mm dan sudah berlangsung sampai satu jam lebih.
Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa BMKG perlu memberikan informasi secara real time terkait intensitas curah hujan. Dengan begitu, pemerintah daerah dapat segera memulai proses evakuasi warga.
“Kalau dua kondisi ini dipenuhi. Hujan nonstop dan visibility tidak terlihat 100 meter. Itu sudah saatnya BPBD turun untuk mengevakuasi masyarakat di daerah-daerah yang rawan longsor,” kata Abdul.