KOMPAS.com - Ratusan warga sipil meninggalkan pekerjaan mereka secara sukarela demi mencari dan mengevakuasi korban banjir bandang dan lahar di Sumatra Barat sejak pekan lalu. Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Kota Padang mengatakan kehadiran para relawan sangat membantu.
Ponsel di dalam tas Freji Guntara berdering selagi pria berusia 35 tahun itu mencari korban banjir lahar yang hilang di daerah Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, beberapa hari lalu.
"Saat saya angkat telpon tersebut ternyata tim lainnya mengabarkan bahwa korban terakhir sudah ditemukan. Tetapi tidak ada yang berani mengangkat korban tersebut," paparnya kepada wartawan Halbert Chaniago yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Baca juga: Jokowi ke Sumbar Besok, Kunjungi Korban Banjir Lahar di Agam dan Tanah Datar
Pria itu langsung meminta izin kepada tim yang masih melakukan pencarian dan segera bergegas ke lokasi penemuan yang berjarak sekitar enam kilometer dari posisinya saat itu.
"Saya langsung bergegas untuk pergi ke pinggir jalan, karena saat itu posisinya saya tidak membawa sepeda motor dan saya menghentikan beberapa pengendara," lanjutnya.
Setelah ditolak oleh beberapa pengendara yang lewat, ia mendapatkan tumpangan dari seorang personel TNI yang sedang melintas.
"Saya langsung menghentikan seorang personel TNI untuk nebeng ke lokasi dan syukurnya bapak TNI itu mau mengantarkan saya," sambungnya.
Saat sampai di lokasi penemuan jenazah, Freji melihat kondisi jenazah yang sudah membengkak karena sudah tertimbun beberapa hari.
"Saya langsung mencoba mengangkat korban dan memasukkannya ke dalam kantong jenazah agar bisa diangkat oleh tim dari TNI yang berada di lokasi,” tuturnya.
Baca juga: Korban Banjir Lahar di Sumbar Butuh Genset hingga Pompa Air
Freji sejatinya bekerja sehari-hari sebagai sopir. Dia sengaja meninggalkan pekerjaannya untuk menjadi relawan.
"Saya mendapatkan kesenangan tersendiri bisa berbuat untuk masyarakat yang menjadi korban bencana," kata pria yang tergabung dalam organisasi Bukittinggi Rescue Team (BRT) tersebut.
"Saat menemukan korban yang hilang, saya merasakan kegembiraan yang tersendiri," ujarnya kemudian.
Freji mengaku sempat dimarahi oleh bosnya karena meninggalkan pekerjaan.
"Tapi saya kembalikan lagi ke bos, bagaimana kalau ada keluarganya yang hilang? Akhirnya bos saya bisa memahaminya," tuturnya.
Baca juga: Ribuan Mahasiswa dan Warga Doa Bersama untuk Korban Banjir Lahar di Sumbar