Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca, Ida Pramuwardani, mengatakan bahwa BMKG selama ini sudah memberikan peringatan cuaca dini atau early warning terkait potensi terjadinya cuaca ekstrem.
“Kami menyiarkan peringatan dini cuaca yang berpotensi menyebabkan bencana hidrometeorologi ke para pemegang kepentingan juga,” ujarnya.
Prakirawan BMKG, Hasmororini, mengimbau masyarakat agar selalu waspada terhadap kemungkinan potensi cuaca ekstrim seperti hujan lebat yang disertai kilat petir, dan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang dan tanah longsor.
Tak hanya itu, ia juga menggarisbawahi pentingnya mengenai potensi bencana di lingkungannya dan mengetahui cara mengurangi risiko bencana tersebut.
“Misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan, bergotong royong menjaga kebersihan dan menata lingkungan sekitarnya,” katanya.
Baca juga: Longsor di Tana Toraja, Bocah 3 Tahun Ditemukan Tewas Tertimbun Material
Salah satu kunci paling krusial adalah dengan memutakhirkan informasi dari pemerintah daerah setempat terkait protokol evakuasi apabila terjadi bencana banjir.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan bahwa saat ini, semua peralatan untuk deteksi dini bencana tanah longsor - mulai dari indikasi kawasan rawan hingga peringatan cuaca - sudah difasilitasi bagi pemerintah daerah. Sehingga, seharusnya bencana yang menelan jiwa bisa dihindari.
“Jadi penanggulangan bencana ini, ujung tombaknya pemerintah daerah. Sekarang informasi apa lagi yang diperlukan? Peta daerah sudah ada, peta risikonya sudah ada. Terus sekarang, prakiraan cuaca BMKG alatnya sudah ada di situ.
“Teknologi praktisnya untuk melihat gejala alam sudah kami ajarkan. Proses belajar ini juga harus kita dorong ke pemerintah daerah,” tegas Abdul.
Sepanjang 2024, sudah terjadi 172 bencana tanah longsor dengan Jawa Tengah menjadi daerah paling banyak kejadian tanah longsor.
Baca juga: Jalinbar Sumatera Tertutup Longsor, Jalur Wisata ke Krui Tersendat
“Pemerintah Tana Toraja sudah melakukan imbauan kepada warga agar waspada terkait adanya tanah longsor dikarenakan intensitas curah hujan dalam sepekan terakhir meningkat cukup tinggi. Memang tak ada hentinya [hujan] dan ada beberapa titik longsor,” katanya kepada wartawan Jufri Tonapa.
Bupati Tana Toraja, Theofilus Alloorerung, justru mengklaim faktor penyebab tanah longsor adalah pembukaan lahan.
"Selain faktor alam, juga bukaan lahan menggunakan racun untuk rumput dan ladang yang dibuka itu baiknya bijak dalam menggunakan," ucapnya kepada wartawan, Minggu (14/4/24) malam.
Baca juga: Longsor di Tana Toraja Tewaskan 18 Warga, Bupati Sebut karena Dampak Pembukaan Lahan
Ia mengatakan bahwa penggunaan racun jika tidak bijak juga cepat atau lambat akan berdampak bagi warga.
"Jika tidak bijak menggunakan racun untuk tanaman itu, maka tanah akan kering dan jika tidak dikelola lebih lanjut ketika ada hujan dengan intensitas tinggi tidak menutup kemungkinan akan ada banjir maupun longsor, ini saran untuk kita semua," tuturnya.
Ketika ditanya langkah apa yang akan diambil untuk mencegah terjadinya bencana serupa, Theofilius mengatakan bahwa pemerintah daerah akan melakukan sosialisasi kepada warga untuk berhenti menggunakan pestisida saat berkebun.
Sebab, menurut Theofilus pestisida tersebut mempengaruhi tekstur tanah yang akhirnya menyebabkan longsor.
“Kami melakukan sosialisasi untuk melakukan reboisasi untuk hutan-hutan yang gundul supaya menyerap air,” tutup Theofilus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.