KOMPAS.com - Sebanyak 157 orang pengungsi Rohingya yang mendarat di Desa Karang Gading, Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Sabtu (30/12), masih ditempatkan di tenda darurat sampai Senin (01/01) petang. Masih belum diketahui mengapa mereka 'terdampar' di wilayah itu. Seorang pengungsi mengaku mereka meninggalkan kamp pengungsian di Bangladesh karena "tidak aman" .
Sampai Senin (01/01) petang, para pengungsi masih ditempatkan di tenda darurat di satu lapangan di Desa Karang Gading, kata Kapolres Belawan, AKBP Janton Silaban.
"Seluruh pengungsi Rohingya masih berada di lokasi [kedatangan] dengan penjagaan dari aparat keamanan dan penduduk setempat," kata Janton kepada wartawan Apriadi yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Senin (1/1/2024).
Baca juga: Nahkoda Diduga Rusak Kapal Pengungsi Rohingya di Deli Serdang lalu Kabur
Data yang dihimpun Badan PBB untuk pengungsi (UNHCR) mengungkapkan, ada 157 pengungsi Rohingya di sana. Mereka terdiri 49 pria, 32 perempuan dan 76 anak-anak.
Jumlah itu berbeda dari data sebelumnya yang menyebutkan ada 147 orang, karena ada sebagian pengungsi yang berbaur dengan warga ketika kapal baru mendarat.
Dalam keterangan terpisah pada Minggu malam, Panglima Kodam 1 Bukit Barisan, Mayor Jenderal TNI Mochammad Hasan menyebut kedatangan para pengungsi ke Sumatra Utara ini sebagai "pola baru".
"Mereka yang selama ini masuk ke Aceh atau ke Sabang, sekarang sudah mulai masuk ke wilayah kami di Pantai Timur Sumatra Utara di Pantai Mercusuar, Labuhan Deli, Deli Serdang," kata Hasan.
Hasan juga menyarankan agar pengamanan di pantai timur Sumatra diperketat.
Baca juga: Nahkoda Kapal Pengungsi Rohingya Kabur Sebelum Menepi di Deli Serdang
Akan tetapi, Perwakilan UNHCR untuk Indonesia Ann Maymann menyatakan belum bisa memastikan mengapa para pengungsi ini bisa tiba di Sumatra Utara, setelah beberapa kelompok sebelumnya selalu mendarat di Aceh.
"Kami belum tahu mengapa mereka sampai ke Sumatra Utara. Bisa saja faktor angin, atau bisa saja faktor lainnya," kata Ann kepada BBC News Indonesia.
Dia menjelaskan bahwa kedatangan para pengungsi Rohingya ini dipicu oleh situasi buruk yang mereka hadapi di kamp pengungsian di Cox's Bazaar, Bangladesh, sehingga pemerintah Indonesia dan masyarakat setempat diharapkan bersedia membantu para pengungsi.
Sekitar 1.800 pengungsi Rohingya tengah berada di Indonesia hingga saat ini, menyusul gelombang kedatangan mereka sejak November silam.
Baca juga: Ratusan Pengungsi Rohingya Menepi di Langkat, Warga Bantu Makanan dan Pengobatan
Bersama ratusan pengungsi yang lain, pria berusia 24 tahun ini meninggalkan Bangladesh pada awal Desember silam.
Sebelum berlabuh di pesisir Labuhan Deli, kapal yang ia tumpangi sempat terombang-ambing selama lima hari di perairan Indonesia, hingga akhirnya kapal itu mendarat di Pantai Mercusuar pada Sabtu (30/12/2023).
Said mengaku tujuan kedatangannya ke Indonesia adalah demi keamanan dan keselamatan dirinya dan keluarganya, ujarnya kepada wartawan Ricad yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
“Kami perlu bantuan karena kami tidak aman di Bangladesh,” ujar Muhammad Said ketika ditemui di tempat penampungan sementara bagi para pengungsi Rohingya di Deli Serdang, Senin (1/1/2024).
Baca juga: [HOAKS] Video Pengungsi Rohingya Masuk ke Pantai Kenjeran, Surabaya
“Kami hanya ingin menyelamatkan hidup kami, anak-anak kami,” sambil menunjukkan putranya yang berdiri di sampingnya,” tuturnya kemudian.
Said kemudian menuturkan bahwa dia terpaksa meninggalkan kampung halamannya di Myanmar tujuh tahun lalu, menyusul persekusi dan pembunuhan etnis Rohingya – etnis Muslim di Myanmar – oleh militer Myanmar.
Pada 2017, dia bersama keluarganya mengungsi ke Bangladesh.
Namun situasi di kamp pengungsi di Bangladesh yang terus memburuk beberapa tahun terakhir, membuatnya memutuskan membawa keluarganya mengungsi ke tampat lain.
Salah satu alasan Said menjadikan Indonesia sebagai tujuan lantaran Indonesia adalan negara dengan mayoritas penduduk beragama Muslim.
Baca juga: [HOAKS] Menlu Retno Marsudi Bersuara di Forum PBB agar Pengungsi Rohingya Dipulangkan
“Indonesia negara Muslim, negara Islam. Orang-orangnya sangat baik, sangat ramah. Kami mendapati banyak orang di sini memberi kami makanan dan air minum,” terang Said.