Ketika ditanya apa harapannya saat ini, Said berujar bahwa dia hanya ingin PBB membawanya ke tempat yang lebih aman.
“Kami putus asa, kami tak punya kewarganegaraan.”
Kapolres Belawan AKBP Janton Silaban menuturkan bahwa awalnya terdapat tiga kapal yang diduga membawa pengungsi Rohingya dari arah perairan Aceh. Namun di dalam perjalanan, salah satu kapal tersebut karam.
Menurutnya, kapal tersebut diduga "sengaja dilubangi" oleh nahkoda kapal.
Namun setelahnya, calo dan nahkoda yang membawa pengungsi Rohingya di kapal itu diduga melarikan diri mengikuti dua kapal lainnya. Tidak diketahui ke mana perginya dua kapal lainnya tersebut.
Hal senada juga diutarakan oleh Pangdam Bukit Barisan bahwa nahkoda meninggalkan kapal tersebut pada jarak empat mil sebelum mendarat.
Baca juga: [KLARIFIKASI] Video Demo Pengungsi Rohingya di Makassar adalah Kejadian 2017
Sementara itu, Surya Sarirah, salah satu warga dari Desa Palu Kurau, mengatakan bahwa para pengungsi kemudian mendarat setelah kapal yang mereka tumpangi itu karam pada Sabtu malam.
"Saya melihat kapal yang ditumpangi pengungsi Rohingya dalam posisi karam," kata Surya.
Para pengungsi sempat bermalam di hutan di Desa Karang Gading. Keesokan paginya, warga sekitar pun memasangkan tenda untuk tempat berlindung para pengungsi.
Dalam laporan sejumlah media sebelumnya, disebutkan bahwa para pengungsi Rohingya itu mendarat di Desa Kwala Besar, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. UNHCR dan pemerintah daerah telah memastikan bahwa rombongan pengungsi yang disebutkan itu adalah yang mendarat di Desa Karang Gading.
Baca juga: INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Warga Rohingya Demo di Malaysia untuk Minta Tanah
Berdasarkan pantauan wartawan Ricad, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia dari Desa Karang Gading, para pengungsi berlindung di bawah tenda darurat berwarna biru di bibir pantai.
Banyak dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. Beberapa anak tampak rewel dan dalam kondisi tidak sehat.
"Para pengungsi beralasan mau mencari tempat yang aman karena Indonesia adalah negara Muslim," kata Ricad berdasarkan perbincangannya dengan pengungsi di sana.
Baca juga: Pemerintah Dorong UNHCR Berunding Cari Solusi Buat Pengungsi Rohingya
Terkait penanganan para pengungsi, UNHCR mengatakan bahwa bantuan dasar seperti makanan dan minuman telah diberikan.
"Yang terpenting saat ini adalah memastikan situasinya stabil dan mereka mendapatkan penanganan yang dibutuhkan untuk memastikan kondisi mereka baik," kata Ann, sambil menambahkan bahwa lokasi para pengungsi cukup sulit dijangkau sehingga mempersulit akses bantuan terhadap mereka.
"Kami bekerja sama dengan pemerintah daerah dan masyarakat setempat, karena kami tidak ingin kedatangan mereka mengganggu," tutur Ann.
Sementara itu, pemerintah setempat baru akan membahas penanganan pengungsi Rohingya ini pada Selasa (02/01).
Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Utara, Hassanudin mengatakan telah berkoordinasi dengan Pemkab Deli Serdang untuk menyiapkan lokasi penampungan sementara yang tidak bersinggungan dengan pemukiman masyarakat.
Baca juga: Mengapa Harus Mengusir Rohingya?
"Dari kapal ini, ditemukan logistik-logistik segar yang kita duga logistik ini di-support atau didukung dari darat wilayah perairan kita," sambung Hasan.
Selain itu, Hasan menyebut telah ditemukan kartu UNHCR. Tetapi, semua identitas dan tanggal lahir yang tertera sama.
Menanggapi temuan tersebut, Ann Maymann mengatakan bahwa mayoritas orang Rohingya yang tiba di Indonesia adalah pengungsi yang sebelumnya menetap di Cox's Bazaar. Itulah mengapa mereka memiliki kartu identitas dari UNHCR.