Ada yang belum pernah mendaki gunung. Ada pula yang baru mulai mendaki.
Maka, saat pendakian, kelompok kami terbagi dua. Sebanyak 13 orang berjalan mendahului sebagai tim advance.
Sisanya 7 orang di belakang berjalan di belakang. Saya termasuk yang di belakang menemani teman-teman yang berjalan lebih santai.
Ternyata, di rombongan belakang ada satu teman yang sedang menstruasi hari pertama. Tia namanya.
Dia juga baru pertama kali mendaki gunung. Kami pun beberapa kali berhenti agar Tia bisa istirahat sejenak saat kelelahan.
Kami beruntung, Tia ternyata pendaki yang tangguh. Meskipun baru pertama mendaki gunung dan sedang menstruasi, Tia berhasil menaklukkan dirinya sendiri dan terus melanjutkan pendakian.
Kami akhirnya sampai di camp site sebelum gelap, tepatnya sekitar pukul 15.30 WIB.
Aktivitas selanjutnya tentu mendirikan tenda dan memasak. Kami dibekali rendang siap masak dan sayur-sayuran untuk sop oleh panitia.
Lucunya, saat hendak memasak, kami lupa belum membeli bumbu sop saat mampir ke minimarket. Kami hanya dibekali bumbu nasi goreng oleh panitia.
Yemima, pendaki asal Jakarta, tiba-tiba menyampaikan ide gila: masak sayur sop pakai bumbu nasi goreng. Tentu saja saat mendengar itu kami saling beradu pandang karena ragu.
Tetapi, Yemima tetap teguh dengan idenya dan berhasil meyakinkan kami. Jadilah kami memasak sop pakai bumbu nasi goreng.
Di luar dugaan, ternyata rasanya enak. Saat mencobanya, kami semua pun tertawa saking tak percaya.
Tak lama setelah memasak, saya mencuci piring dan cooking set. Namun, tiba-tiba terdengar teriakan dari dalam tenda.
“Ada yang hipo (hipotermia),” ujar salah satu suara dari dalam tenda.
Sedikit panik, saya langsung berhenti mencuci piring dan masuk kembali ke tenda.
Baca juga: Perjuangan Mengibarkan Merah Putih di Puncak Gunung Merbabu
Ternyata ada dua teman kami, yakni Tia dan Rina, yang mengalami gejala hipotermia.
Saat saya melongok ke tenda, teman-teman di dalam tenda dengan sigap memasukkan mereka ke dalam kantong tidur berlapis emergency blanket.
Beruntung, camp site kami letaknya tak jauh dari camp site panitia.
Setelah berkomunikasi lewat handy talky, tak berselang lama panitia tiba di tenda kami untuk memeriksa keadaan Tia dan Rina.
Beruntung pula, Tia dan Rina masih merespons saat diajak bicara. Wajah kami semua yang tadinya panik berangsur lega. Kondisi Tia dan Rina pun berangsur membaik.
Akan tetapi, kekhawatiran masih menyelimuti tim kami. Sebabnya, di esok hari kami masih harus mendaki ke puncak Merbabu.
Setidaknya kamu harus mendaki sejak pukul 04.00 WIB agar bisa tiba di puncak Merbabu pukul 06.00 WIB sesuai target yang diberikan panitia.
Saya dan teman-teman tentu saja ragu Tia dan Rina bisa kuat menghadapi cuaca dan angin dingin yang menerpa saat mendaki ke puncak Merbabu.
Pukul 03.00 WIB, alarm kami semua berbunyi. Kami pun bangun bersiap untuk mendaki ke puncak. Namun, cuaca makin tak bersahabat.
Angin berembus sangat kencang. Bahkan, fly sheet yang kami pasang di depan tenda sebagian telah lepas.
Panitia pun dengan tegas melarang Tia dan Rina ikut mendaki ke puncak. Kami pun baru diberi izin mendaki ke puncak pukul 05.00 WIB.