Namun, saya dan Amir terpisah dari rombongan karena harus mengantar Tia dan Rani ke tenda panitia terlebih dahulu.
Jaraknya 15 menit dari tenda kami. Kami baru menyusul mendaki ke puncak sekitar pukul 06.20 WIB dan tiba di puncak pukul 07.20 WIB.
Di puncak Merbabu kami tak berlama-lama. Pukul 08.30 WIB kami bergantian turun. Karena sebanyak 80 orang turun melalui jalur Thekelan, kami berjalan menyusuri jalur bergantian.
Rombongan yang naik dari jalur Selo dan Suwanting sudah mengemas tenda mereka di dalam tas dan langsung turun ke basecamp Thekelan.
Sementara kami yang naik dari jalur Wekas dan Thekelan masih harus kembali ke camp site dan kembali mengemas tenda sembari memasak makan siang.
Rina, teman kami yang terkena gejala hipotermia, sudah turun duluan bersama sebagian panitia.
Sementara Tia yang juga terkena gejala hipotermia semalam turun bersama kami yang memulai perjalanan turun pada pukul 14.00 WIB.
Karena diburu waktu dan kondisi fisik Tia yang belum pulih sepenuhnya, saya membawakan tas dia saat turun.
Arul, Kahfi, dan Amir membantu mengikat tasnya ke tas saya. Kelompok kami paling terakhir turun.
Baca juga: Cegah Kebakaran Hutan Gunung Merbabu, Pendaki Diminta Tak Buat Api Unggun
Rombongan saya yang terdiri dari Kahfi, Amir, Alfiyan, Naufal, dan Wito paling terakhir tiba di basecamp Thekelan, yakni sekitar pukul 18.45 WIB. Kami semua tiba dengan selamat tanpa ada yang cedera.
Saya benar-benar tak menyangka bisa sekompak itu saat mendaki dengan orang-orang yang baru dikenal.
Selama pendakian, kami saling jaga satu sama lain. Ketika ada yang terkena gejala hipotermia, kami dengan sigap dan kompak menanganinya.
Kami juga saling berbagi canda menertawakan kebodohan masing-masing. Seolah-olah seperti sudah mengenal cukup lama satu sama lain.
Saat pulang saya berpamitan kepada mereka satu per satu. Rasanya benar-benar seperti berpisah dari saudara sendiri.
Merbabu kali ini datang tanpa direncanakan. Merbabu seolah seperti sengaja datang kembali kepada saya untuk mengajarkan hal terpenting dalam pendakian, yakni untuk percaya satu sama lain dengan rekan pendakian.
Menganggap mereka layaknya saudara sendiri yang harus dijaga.
Karena oleh-oleh terindah dari mendaki gunung bukan hanya pemandangannya, tetapi juga saudara sependakian yang kita dapat di sepanjang perjalanan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.