LANDAK, KOMPAS.com - Seorang pelajar sekolah menengah pertama (SMP) asal Kecamatan Kuala Behe, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat (Kalbar) nekat bunuh diri setelah diduga tidak diizinkan pergi mancing menggunakan sepeda motor.
Kapolsek Kuala Behe Iptu Zulianto mengatakan, korban telah dimakamkan dan pihak keluarga, termasuk orangtua, menolak otopsi dan telah membuat surat penolakan.
“Kami melakukan pendekatan dan memberikan pemahaman kepada keluarga. Kami berharap keluarga bisa mendapatkan dukungan moral yang mereka butuhkan dalam menghadapi situasi sulit ini," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (21/5/2024).
Baca juga: Pelajar SMA di Morowali Tega Bunuh Ibunya Saat Tidur, Apa yang Terjadi?
Zulianto menerangkan, peristiwa tersebut terjadi pada Senin (20/5/2024) pukul 11.30 WIB.
Saat itu, pelajar berusia 16 tahun itu meminta izin kepada ibunya untuk pergi memancing menggunakan sepeda motor.
"Namun, ibunya tidak mengizinkan karena jarak yang jauh. Setelah itu, korban masuk ke kamar orangtuanya," ujar Zulianto.
Namun sekitar pukul 12.00 WIB, ayah korban yang baru pulang bekerja dan hendak tidur siang mendengar suara letusan dari dalam kamar.
"Segera, ia berlari ke kamar dan menemukan anaknya terjatuh di lantai dengan luka tembak di bagian kening," papar dia.
Baca juga: Mahasiswi di Yogyakarta Tewas Diduga akibat Gantung Diri, Polisi Temukan Sepucuk Surat
Korban diduga menembakkan senapan angin pre charged pneumatic (PCP) ke keningnya.
Zulianto melanjutkan, ayah korban yang mendapati kondisi anaknya langsung memanggil bidan kampung dan membawa korban ke Puskesmas Kuala Behe.
Namun setibanya di puskesmas, nyawa korban tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia.
"Menurut keterangan ayah korban, senjata PCP jenis gejluk itu dalam keadaan tidak terisi peluru,” ungkap Zulianto.
Baca juga: Panjat Tiang Listrik Bertegangan Tinggi, Pria di Kalsel Ditemukan Tewas Tergantung
Zulianto menjelaskan, pihaknya telah melakukan langkah-langkah penanganan terkait kasus tersebut dengan memeriksa saksi-saksi di tempat kejadian dan mengumpulkan barang bukti yang diperlukan.
“Saat ini, kami terus memantau perkembangan kasus ini untuk memastikan semua aspek ditangani dengan baik," ungkapnya.
Zulianto menambahkan, bahwa pendekatan secara humanis kepada keluarga korban menjadi prioritas.