KOMPAS.com - ZN (55), seorang bidan di Kota Prabumulih, Sumatera Selaran, ditetapkan sebagai tersangka atas kasus malapraktik yang mengakibatkan pasiennya gagal ginjal sampai akhirnya meninggal dunia.
Selain sebagai bidan, ZN yang berstatus sebagai ASN itu juga menjabat sebagai Lurah Sindur, Kecamatan Cambai, Kota Prabumulih.
Kasus malapraktik yang dilakukan ZN sempat viral di media sosial. Ia disebut memberikan suntikan hingga korban berinisial R (59) meninggal dunia.
Kasus tersebut berawal saat pasien R mengeluh sakit maag pada 23 November 2023. Saat itu, ZN merawat pasien sekitar satu minggu.
Baca juga: Malapraktik, Bidan di Prabumulih Ditetapkan Tersangka
ZN tak menyarankan R untuk cek lab dan menyuntik obat-obatan kepada R. Bukannya sembuh, penyakit R semakin parah.
R kemudian berobat ke rumah sakit dan divonis mengalami pembengkakan ginjal hingga harus menjalani cuci darah
Setelah enam kali melakukan cuci darah, R kemudian dinyatakan meninggal dunia pada 22 Janiari 2024.
Sementara itu,anak korban yang tak mau disebutkan namanya mengaku sengaja mengunggah video dugaan malapraktik agar peristiwa yang mereka alami tak terjadi pada warga lain.
"Kami keluarga sepakat mengangkat kasus ini, awalnya kami tidak mau apalagi ayah selalu melarang namun kami menduga ada kejanggalan," ungkap anak dari R.
Baca juga: Punya 2 Profesi, Lurah di Prabumulih Jadi Bidan Diduga Malapraktik hingga Pasien Meninggal
Terkait kasus tersebut, ZN pun dinonaktifkan jabatannya sebagai lurah Sindur. Menurut ZA, ia hanya memberikan obat suntik yang terdiri dari obat antimuntah dan vitamin.
"Itu suntik antimuntah dan vitamin, tidak lebih dari itu," ungkap dia usai menjalani pemeriksaan Inspektorat, Jumat (3/5/2024).
ZA mengatakan, dua obat itu dioplos dengan aquades dengan alasan agar mudah saat disuntikkan ke pasien yang kurus.
"Jadi raninitidi injeksi dioplos pake spet agak besar sehingga dia cair dan mudah dalam mendorong obat masuk," katanya.
Baca juga: Diduga Malpraktik hingga Pasien Tewas, Lurah di Prabumulih Dinonaktifkan
Saat ditanya apakah hal tersebut sering dilakukan pada pasien, ZA tak menjawab detaill.
"Tergantung, tidak selalu," katanya sambil berlalu.