Yurnita berangkat dari rumahnya di Jalan Manunggal, Kecamatan Tuah Madani, Pekanbaru, sejak subuh. Ia jualan sampai malam.
Sejak buka lapak pagi hari, Yurnita mengaku sepi pembeli. Menurutnya, sepi pembeli karena dampak kabut asap.
"Tadi pagi asapnya masih pekat. Sepi sekali pembeli, mungkin orang masih takut keluar. Biasanya kalau hari pasar, ramai sekali orang belanja waktu pagi. Tadi sudah agak siang baru ada pembeli, karena asapnya juga sudah mulai berkurang," ujar ibu tujuh anak ini.
Baca juga: Kota Jambi Mulai Tertutup Kabut Asap Kebakaran Lahan dari Sumsel
Yurnita pun berharap bencana kabut asap cepat berlalu. Ia takut jatuh sakit jika setiap hari menghirup asap.
"Kita sama-sama berdoa supaya asap ini cepat hilang. Semoga pemerintah juga bisa mengatasinya, supaya jangan sampai seperti kabut asap parah waktu tahun 2015 dan 2019. Kalau tiap hari hirup asap, kan kita bisa sakit, tak bisa jualan," kata dia.
Beberapa hari lalu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru menyatakan bahwa kabut asap di Riau bukan hanya dampak karhutla di Riau itu sendiri.
Tetapi, ditambah asap kiriman dari karhutla di Jambi dan Palembang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.