Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecewa Harga Rumput Laut Tak Kunjung Naik, Sejumlah Pemukat di Nunukan Buang Rumput Laut

Kompas.com - 18/09/2023, 16:56 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Khairina

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Sebuah video yang menunjukkan sejumlah pemukat rumput laut di Nunukan, Kalimantan Utara membuang kembali hasil pukatnya ke laut tengah menjadi sorotan dan pembahasan para pembudi daya serta pengepul rumput laut.

Video yang hanya berdurasi singkat, sekitar 30 detik tersebut, menunjukkan para pemukat yang membuang kembali hasil rumput laut yang berhasil mereka jala kembali ke laut.

Aksi tersebut dilakukan berulang ulang dan disertai suara kekecewaan para pemukat terhadap harga rumput laut yang tak kunjung membaik beberapa bulan terakhir.

‘’Huuu… ndak ada harganya rumput. Pokoknya tarek buang, tarek buang saja. Tarek, buang lagi. Gak ada harga, banting saja, buang saja rumput laut. Sama sama rugi, rugi pemukat, rugi juga pedagang,’’begitu suara teriakan kekecewaan yang terdengar pada video yang diposting akun Facebook Lukman Hakim.

Baca juga: Pria Pengangguran Ditangkap, Minta Teman Rp 50 Juta untuk Modal Bisnis Rumput Laut, ternyata Dipakai Foya-foya

Gambaran yang diberikan melalui visual video singkat tersebut seakan mewakili kekecewaan masyarakat Nunukan, karena sudah setengah tahun, kondisi harga rumput laut seakan terjun bebas dan sulit merangkak naik ke kondisi sebelumnya.

Salah satu pengusaha rumput laut, yang juga sebagai Ketua Koperasi Rumput Laut Mamolok Sejahtera Kamaruddin tidak membantah terjadi penurunan harga rumput laut cukup ekstrem dibandingkan sebelumnya.

‘’Kalau tidak salah, sejak bulan tiga, harga mulai turun. Dari Rp 42.000, terus turun ke Rp 30.000, Rp 25.000, sampai hari ini ada yang dijual Rp 8.000 per kilogramnya,’’ujarnya, ditemui, Senin (18/9/2023).

Ada beberapa faktor yang membuat harga rumput laut terus turun dan susah naik. Antara lain, konflik perang di  Eropa dan kurangnya permintaan dari China.

Kamaruddin, juga mengaku khawatir dengan fenomena penurunan harga kali ini. Karena biasanya, meski harga rumput laut turun, sesekali ada juga kenaikan harga meski sebentar, dan biasanya terjadi secara fluktuatif.

Apalagi, turunnya harga rumput laut, berimbas pada turunnya upah buruh ikat bibit (pabettang) yang tadinya Rp 13.000 per tali, menjadi Rp 8000 per talinya.

"Sekarang kita juga was was dengan kondisi harga yang turun drastis tak bisa naik. Sempat naik kemarin tapi hitungan hari. Itu pun tidak sesuai. Naiknya Rp 1000, turunnya Rp 3000, jadi memang benar benar jatuh harganya,’’kata Kamaruddin lagi.

Baca juga: Resah Anak-anak Buaya Semakin Besar, Petani Rumput Laut Nunukan Tulis Surat Terbuka

Sebagai salah satu pengusaha rumput laut kawakan dan biasa menangani jual beli rumput laut partai besar di Nunukan, Kamaruddin berharap adanya penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dilakukan pemerintah.

Penetapan HET, dianggap bisa menjaga iklim jual beli rumput laut Nunukan lebih kondusif, dan meminimalisir dugaan monopoli harga pasar oleh tengkulak atau pengepul.

‘’Mungkin butuh duduk bersama dengan pemerintah daerah, instansi pelabuhan juga pembudidaya dan pedagang, untuk mencari solusi atas masalah ini,’’kata Kamaruddin.

Selain itu, kualitas kekeringan komodity andalan Kabupaten Nunukan ini, juga perlu perbaikan.

Halaman:


Terkini Lainnya

Pantai Koka Flores: Rute, Daya Tarik, dan Harga Tiket

Pantai Koka Flores: Rute, Daya Tarik, dan Harga Tiket

Regional
Stadion Benteng Reborn Sukses Bangkitkan Sportainment di Kota Tangerang

Stadion Benteng Reborn Sukses Bangkitkan Sportainment di Kota Tangerang

Regional
Pengurus Panti di Belitung Cabuli Remaja Perempuan Sejak 2022

Pengurus Panti di Belitung Cabuli Remaja Perempuan Sejak 2022

Regional
Tebang Pohon dalam Hutan Lindung, Petani di Rote Ndao NTT Ditangkap Polisi

Tebang Pohon dalam Hutan Lindung, Petani di Rote Ndao NTT Ditangkap Polisi

Regional
Jembatan Putus di Maluku Tengah, Ratusan Mobil Terjebak

Jembatan Putus di Maluku Tengah, Ratusan Mobil Terjebak

Regional
Truk Tabrak Motor di Jalan Lingkar Salatiga, Dua Orang Tewas

Truk Tabrak Motor di Jalan Lingkar Salatiga, Dua Orang Tewas

Regional
Pencari Pasir di Tambang Galian C Mojokerto Tewas Tertimpa Batu

Pencari Pasir di Tambang Galian C Mojokerto Tewas Tertimpa Batu

Regional
Biaya Perakitan Jadi Alasan Warga Demak Menolak Bantuan Rumah Apung

Biaya Perakitan Jadi Alasan Warga Demak Menolak Bantuan Rumah Apung

Regional
Banjir Luwu, 210 KK Terdampak, Warga Butuh Bahan Makanan

Banjir Luwu, 210 KK Terdampak, Warga Butuh Bahan Makanan

Regional
ASN Disdukcapil Nunukan Tersangka Pelecehan Seksual Tak Ditahan

ASN Disdukcapil Nunukan Tersangka Pelecehan Seksual Tak Ditahan

Regional
Kirab Waisak Candi Mendut-Borobudur, Ribuan Umat Buddha Padati Jalanan

Kirab Waisak Candi Mendut-Borobudur, Ribuan Umat Buddha Padati Jalanan

Regional
Terungkap Motif Pembantu Bunuh Majikan di Lembang, Dendam dan Ingin Kuasai Harta Korban

Terungkap Motif Pembantu Bunuh Majikan di Lembang, Dendam dan Ingin Kuasai Harta Korban

Regional
Pengungsi Rohingya dari Perairan Malaysia Mendarat di Langkat, Warga Menolak

Pengungsi Rohingya dari Perairan Malaysia Mendarat di Langkat, Warga Menolak

Regional
Kru Eksebisi WWF dari Korea Selatan Ditemukan Meninggal di Hotel Bali, Sempat Mengeluh Sesak

Kru Eksebisi WWF dari Korea Selatan Ditemukan Meninggal di Hotel Bali, Sempat Mengeluh Sesak

Regional
Ada Kirab Waisak, Jalur Mendut-Borobudur Ditutup, Peluang Cuan Tukang Ojek Dadakan

Ada Kirab Waisak, Jalur Mendut-Borobudur Ditutup, Peluang Cuan Tukang Ojek Dadakan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com