Kualitas kekeringan standar yang diminta pasar, masih kadar kekeringan antara 37 sampai 38. Dan patokan ini, tentu bukan perkara sulit jika semua sepakat untuk menerapkan standar tersebut.
‘’Dan sampai hari ini, kita semua harus mengakui, sektor rumput laut belum memiliki kontribusi kepada pemerintah. Jadi tentu saja, masalah harga yang turun naik, tidak bisa menyalahkan pemerintah juga,’’katanya.
Namun demikian, lanjutnya, tentu bukan perkara sulit jika pemerintah ingin mendapatkan PAD dari rumput laut.
Hal ini memang sangat wajar dan sudah seharusnya, karena dalam sebulan, hasil panen rumput laut Nunukan yang dikirim ke Sulawesi dan Surabaya, mencapai sekitar 6000 ton.
‘’Mohon sediakan jembatan timbang dan terminal khusus bongkar muat rumput lautnya. Bisa juga pemerintah menggandeng pihak ketiga, sehingga roda perekonomian masyarakat jalan, pemerintah juga mendapatkan pemasukan dari sektor ini,’’imbuhnya.
Meski harga rumput laut terus saja anjlok, para pembudidaya masih terus aktif menanam dan tidak terlihat ada yang menawarkan kapal ataupun jaringnya, untuk dijual di media sosial, seperti yang terjadi tahun sebelumnya.
Saat ini, mayoritas pembudidaya rumput laut, berada dibawah naungan pengepul. Dari para pemborong inilah, mereka mendapat modal.
Adapun imbal baliknya, hasil panen mereka dijual kepada pengepul/pemodal mereka.
"Rumput laut, sudah menjadi penggerak ekonomi terbesar masyarakat. Saat ini ada sekitar lebih 5000 pembudidaya rumput laut di Nunukan. Kita berharap keadaan akan semakin baik ke depannya. Harga segera normal, dan perputaran ekonomi masyarakat terus berjalan,’’tutup Kamaruddin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.