Betty mengatakan, batik produksinya tidak hanya dipasarkan di Malinau, tapi sudah merambah ke Papua dan Jakarta.
Harga batik cap buatannya berkisar Rp 250.000 per sandang. Untuk batik tulis yang minimalis paling rendah Rp 300.000.
Untuk full batik tulis harganya Rp 400.000 ke atas.
"Tergantung tingkat kesulitannya. Ya bisalah dia sampai Rp 1 jutaan," kata dia.
Baca juga: Berkunjung ke Desa Wisata Pulau Sapi, Kampungnya Warga Dayak Lundayeh
Tidak hanya membuat batik bahan, dia juga menerima pesanan membuat batik untuk seragam sekolah.
Batik Malinau semakin mendapat tempat di hati masyarakat. Hal tersebut dinilai dari minat masyarakat terhadap Batik Malinau yang terus tumbuh.
Belum lagi dukungan promosi yang dilakukan pihak Pemkab Malinau. Salah satunya dengan adanya kebijakan ASN pakai batik pada tanggal 22 setiap bulannya.
Betty termasuk perajin batik yang sukses.
Omzet dia rata-rata per bulan kurang dari Rp 20 juta. Tertinggi pernah hingga Rp 40 juta per bulan saat kebanjiran pesanan.
Dari situ ia bisa membantu biaya kuliah anaknya di kedokteran. Walaupun telah sukses, Betty tak pelit berbagi ilmu membatik untuk pekerjanya atau wisatawan yang mau belajar darinya.
"Pekerja saya sudah ada yang berdiri sendiri punya usaha batik," kata dia.
Baca juga: Telinga Panjang dan Tato Adat, Sebuah Tradisi Dayak Oma Lung yang Tergerus Peradaban Zaman
Bertahun-tahun membatik, ia mengaku masih terus belajar. Sebab, teknik membatik menurutnya terus berkembang.
Liputan batik Malinau ini menjadi serial cerita di Kompas.com yang akan melakukan peliputan di Kalimantan Utara hingga tanggal 19 Agustus 2023 mendatang.
Tim Kompas.com dalam liputan ini dibekali apparel dari Eiger. Ikut dan simak terus cerita menarik lainnya di sini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.