Belakangan diketahui, penumpang yang sempat memegang tangannya meninggal dunia.
"Yang genggam tangan, dia meninggal," ujanya mengaku trauma.
Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Buton Tengah pun berujung menjadi peristiwa duka setelah terjadinya insiden kapal tenggelam, Senin (24/7/2023).
Kapolres Buton Tengah AKBP Yanna Nurhadiana menjelaskan, mulanya para korban menyaksikan perayaan HUT Buton Tengah di Kecamatan Mawasangka Tengah.
Acara berlangsung selama empat hari, puncak acara dilangsungkan pada Senin (24/7/2023).
Setelah pulang dari menyaksikan konser pada rangkaian acara hari ulang tahun, para korban lalu menaiki kapal pincara. Kapal pincara ialah perahu yang digandengkan sebagai alat penyeberangan.
"Setelah nonton konser mereka pulang, setelah itu kejadian (tenggelam)," ungkap Yanna, seperti dikutip darri Tribun Sultra.
Baca juga: Tragedi di Teluk Banggai Buton Tengah, 15 Nyawa Melayang Saat Kapal Tenggelam
Dalam tragedi itu, 15 penumpang meninggal dunia.
Camat Mawasangka Timur Fitri Aisah Syam mengatakan, para korban telah dimakamkan secara massal.
"Berdasarkan kesepakatan bersama, seluruh tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama, seluruh korban dimakamkan secara massal dalam satu lubang," kata Aisyah.
Kapal pincara itu tenggelam lantaran disebut kelebihan muatan.
Direktur Kepolisian Perairan dan Udara (Polairud) Polda Sultra Kombes Pol Faisal Florentinus Napitupulu menjelaskan, kapal sebenarnya hanya bisa menampung maksimal 20 orang.
Adapun kapal memiliki panjang 8,3 meter dan lebar 2,3 meter.
"Tetapi saat kejadian fakta yang ditemukan, penumpang mencapai 69," katanya, Jumat (28/7/2023).
69 orang penumpang terdiri dari 66 orang warga Desa Lagili dan tiga orang dari Desa Wambuloli.
Baca juga: Duka Usai Perayaan HUT Kabupaten Buton Tengah, 15 Orang Tewas Tenggelam, Korban Selamat Trauma