KOMPAS.com - Sebanyak 15 orang meninggal dalam insiden kapal tenggelam di Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara (Sultra), Senin (24/7/2023) dini hari.
Menurut data awal, kapal disebut membawa 48 penumpang. Namun, setelah polisi melakukan pendalaman dan penyelidikan, jumlah penumpang ternyata melonjak.
Kelebihan muatan diduga menjadi penyebab kapal pincara tersebut mengalami kecelakaan.
"Kapal itu hanya bisa menampung maksimal 20 orang, tetapi saat kejadian fakta yang ditemukan penumpang mencapai 69 orang," ujar Direktur Kepolisian Perairan dan Udara (Polairud) Polda Sultra Kombes Pol Faisal Florentinus Napitupulu, Jumat (28/7/2023).
Pada saat kejadian, kapal dengan panjang 8,3 meter dan lebar 2,3 meter tersebut membawa 66 orang dari Desa Lagili dan tiga orang dari Desa Wambuloli, Kecamatan Mawasangka Timur.
Buntut peristiwa ini, pengemudi kapal berinisial SA ditetapkan sebagai tersangka. Ia diduga lalai, sehingga mengakibatkan 15 nyawa melayang.
Sebelum menetapkan tersangka, polisi telah meminta keterangan 11 saksi.
Tersangka dijerat Pasal 302 Ayat 1 juncto Pasal 117 Ayat 2 UU RI Nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran; dan atau Pasal 359 KUHP; dengan ancaman hukuman 10 tahun penjara atau denda Rp 1,5 miliar.
Baca juga: Motoris Perahu Jadi Tersangka Kecelakaan yang Tewaskan 15 Orang di Buton Tengah
Tenggelamnya kapal di Teluk Mawasangka Tengah ini bermula saat para warga hendak pulang usai menonton perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Buton Tengah yang dipusatkan di Kecamatan Mawasangka.
SA mengatakan, ia mulanya mengantar para penumpang dari Desa Lagili menuju Desa Lakorua, Kecamatan Mawasangka Tengah.
"Di situ sudah banyak yang naik. Saya bilang sudah terlalu banyak, tapi tetap naik. Kami menyeberang ke Desa Lakorua, dan lancar. Satu penumpang itu dikenai tarif Rp 5.000,” ucapnya, dilansir dari Kompas.id.
Ia menunggu di pelabuhan Desa Lakorua sampai pukul 00.00 Wita. SA mengaku hanya dirinya yang menjalankan kapal hingga selarut itu. Dia bermaksud untuk kembali mengantar para penumpangnya ke kampung.
Sewaktu dalam perjalanan pulang, petaka terjadi. Kapal miring ke kiri dan air mulai naik.
"Di situ pincara (rakit) mulai tenggelam dan orang mulai lompat ke air. Pincara lalu terbalik," ungkapnya.