"Di sini anak-anak sekolah gratis tidak bayar," tuturnya.
Baca juga: Angka Putus Sekolah Terus Meningkat, Ini Cara Penanganannya
Sepiana mengaku sejak tinggal di kampung tersebut, anak-anaknya mulanya memang tidak sekolah.
Sebab jarak sekolah formal dengan tempat tinggal lumayan jauh.
Untuk menyekolahkan anak, mereka harus merogoh kantong membayar ojek yang harganya Rp 50.000 per hari. Kondisi anak-anak mereka yang seolah tak tersentuh pendidikan berubah sejak adanya sekolah gratis yang didirikan Theresia.
Baca juga: Kronologi Napi Lapas Manokwari Tewas Kecelakaan, Korban Lompat dari Mobil Terjun ke Jurang
Yosta Saiba (21), ibu rumah tangga di Kampung Rao-rao menjelaskan, penduduk setempat mengandalkan hasil kebun untuk hidup.
Penghasilan yang pas-pasan membuat pendidikan bagi anak-anak bukan lagi prioritas.
"Saya dan suami saya sehari-hari berkebun, kalau hasil kebun banyak kita jual di pasar, kalau tidak kita makan saja, awalnya bagi kami menyekolahkan anak-anak itu hal yang kami tidak pikirkan," ucapnya.
Sementara seorang guru TK Sowi Indah, Dina mengaku mendapatkan honor Rp 750.000 setiap bulan dari mengajar anak-anak. Pendapatannya itu ternyata merupakan uang yang disisihkan oleh Theresia dari gajinya sebagai dosen.
"Iya kami diupah satu bulan Rp 750.000," tutur Dina.
Dina mengaku tidak mempersoalkan besaran upah yang dia terima. Baginya kerja yang ia geluti saat ini adalah bentuk pengabdian demi pendidikan generasi muda, khususnya di Manokwari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.