BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Kasus stunting di Balikpapan, Kalimantan Timu, turut menjadi perhatian.
Tahun 2022, angka stunting meningkat menjadi 19 persen dibanding tahun 2021 yakni 17 persen.
Tahun ini berpotensi meningkat, lantaran pola makan dan pola asuh dari orangtua yang dapat mengakibatkan kelahiran anak stunting.
Baru-baru ini, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Balikpapan menyebut, sebanyak 700 ibu hamil di Balikpapan berpotensi tinggi melahirkan anak stunting.
Baca juga: Ditawari Kerja di Kebun Sawit, 39 Pekerja Asal Jatim Telantar di Balikpapan
Hal ini berdasarkan pemeriksaan rutin di Puskesmas mengenai kondisi kehamilan ibu hamil di beberapa wilayah Kota Balikpapan.
“Ada sekitar 700 ibu hamil dengan kekurangan energi kronis. Nah, kekurangan energi kronis ini ibu hamil yang berpotensi memiliki anak stunting. Kondisi ini yang didapati bahwa ibu hamil dengan lingkar lengan di bawah 23 sentimeter hasil pengukuran di puskesmas, kondisi hamilnya kurang bagus, bayinya juga kurang bagus. Nah, ini harus betul-betul diintervensi supaya pemerintah bisa mencukupi gizinya,” kata Kepala DP3AKB Balikpapan, Alwiati saat dihubungi Kompas.com, pada Jumat (31/3/2023).
Alwi menuturkan, kondisi tersebut dipicu oleh pola asuh orangtua serta pemahaman yang kurang untuk melahirkan anak yang sehat dan terbebas dari stunting.
Pemerintah pun terus berupaya melakukan penekanan angka stunting mulai dari hulu ke hilir.
Salah satunya memantau kondisi calon pengantin hingga kehamilannya.
“Kami harus mulai dari hulunya, mulai dia dari remaja, jadi calon pengantin dan dia hamil. Namun, hamil itu kan 9 bulan, nah pemerintah enggak mungkin bisa memberikan makanan selama 9 bulan,” tutur dia.
Alwi mengatakan, pihaknya memang memiliki program satu butir telur untuk ibu hamil dan balita.
Baca juga: Melerai Aksi Tawuran Remaja, Polisi di Balikpapan Malah Jadi Korban Pengeroyokan
Namun, ia berharap ibu hamil tidak terlalu bergantung pada bantuan pemerintah, harus memiliki kesadaran diri dalam menjalani pola hidup yang sehat serta asupan makanan yang bergizi.
“Tapi, kalau mau dikasih makan telur terus kan susah, mau sampai kapan pemerintah itu punya duit. Harus dari yang bersangkutan untuk dirinya sendiri. Jangan sampai ada ketergantungan,” ujar dia.
Diakui Alwi, memang salah satu faktor yang menyebabkan ibu melahirkan anak stunting adalah pola asuh dan faktor ekonomi.
Namun, Alwi mengatakan, bahwa kondisi ini sejatinya bisa diatasi oleh masing-masing keluarga dengan beberapa cara.
Salah satunya program budidaya ikan lele di ember bisa menjadi opsi yang cukup efektif.
Sebab, prosesnya yang mudah dan manfaat ikan lele sangat baik untuk ibu hamil agar mencegah kelahiran anak stunting.
Baca juga: WN Myanmar Ditemukan Tewas Mengapung di Perairan Balikpapan
“Dulu ada program yang bagus dari Kapolresta Balikpapan yakni budidaya lele di ember. Itu kan gampang, di rumah saja bisa dan saat itu angka stunting bisa ditekan. Karena protein ikan lele ini kan tinggi, sangat bagus untuk mencegah stunting. Tapi, sekarang sejak sudah tidak Covid lagi program itu sepertinya sudah tidak jalan,” ungkap dia.
Meski begitu, pihaknya terus berupaya melakukan penekanan kasus stunting di Balikpapan.
Tahun ini, ia ditarget untuk bisa menurunkan kasus stunting sebesar 5 persen.
“Di tahun 2024 itu kami ditarget bisa menurunkan stunting secara nasional 14 persen. Artinya kami harus menurunkan sekitar 5 persen lagi dari angka sekarang,” pungkas dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.