Windarti menceritakan, saat itu ibu-ibu kadang hanya menerima upah Rp 10.000. Namun, karena keuletan ibu-ibu perajin batik di Desa Kebon selama bertahun-tahun, akhirnya membawa hasil.
Kain batik khas Desa Kebon saat ini bisa bersaing hingga pasaran luar negeri.
Harganya, kata Windarti, dipatok untuk kain ukuran panjang 2,5 meter dengan lebar 110 cm dijual mulai harga Rp 350 ribu hingga jutaan rupiah. Selain itu, batik tulis dari Desa Kebon juga memiliki ciri memakai pewarna alami.
"Dari saat itu kami mulai mengembangkan kerajinan batik sebagai ladang penghasilan untuk ibu-ibu di desa kami," ujarnya.
"Yang paling laku malah motif klasik," tambahnya.
Baca juga: Menyambi Perajin Batik, Guru SD di Lebak Raih Omzet Rp 150 Juta Per Bulan
Windarti mengakui, keberhasilan Batik Kebon Indah merupakan kerja bersama dan dukungan banyak pihak.
Dirinya menyebut bahwa Batik Kebon Indah merupakan industri kolektif yang dibangun bersama dengan mayoritas ibu-ibu di desanya.
Saat ini, ada 180 orang yang terlibat dan memiliki keahlian serta peran masing-masing.
"Nantinya dari 180 orang itu akan dibagi tugas ada yang membatik ada yang mewarnai dan ada juga yang memasarkan," terangnya.
"Jadi bagi konsumen yang membeli batik ini secara tidak langsung membantu perekonomian ibu-ibu rumah tangga yang berada di desa kami," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul: Kisah Eks Buruh Batik di Kebon Klaten: Dulu Korban Gempa, Kini Pasarkan Produk hingga Luar Negeri
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.