Salin Artikel

Kisah Ibu-ibu Perajin Batik Tulis di Desa Kebon Klaten, Awalnya Buruh Pabrik, Kini Jual hingga Amerika dan Eropa

KOMPAS.com - Sempat terpuruk karena bencana gempa bumi tahun 2006, ibu-ibu perajin batik tulis di Desa Kebon, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, mampu bangkit.

Saat ini, karya batik tulis Kebon Indah sudah tembus pasaran Amerika dan Eropa.

Tak hanya itu, dalam waktu dekat batik tulis Kebon Indah diundang untuk mengikuti pameran di Amerika.

"Kalau untuk konsumen luar negeri itu kebetulan orang yang datang langsung ke kita, yang akhirnya menjadi jembatan kita untuk memasarkan produk ke luar negeri, karena kebetulan beliau ini tinggal di Amerika," kata Sri Windarti (48), salah satu perajin, Sabtu (6/7/2022), dilansir dari Tribunnews.com.

"Nanti sekitar bulan Oktober saya juga akan ke luar negeri untuk memamerkan hasil batik dari Desa kami, nanti kita akan pamerkan melalui konsulat jenderal yang ada di sana," tambahnya.

Dari upah Rp 10.000, sekarang...

Windarti menceritakan, bencana gempa 2006 di wilayah Yogyakarta hingga Klaten menjadi momen pilu bagi para perajin batik.

Sejumlah pabrik kain batik tempat mereka bekerja sebagai buruh batik tulis banyak yang gulung tikar.

Mata pencaharian perajin batik yang rata-rata ibu-ibu ikut terdampak. Namun, seiring berjalannya waktu, ibu-ibu di Desa Kebon mulai bangkit.

Windarti menceritakan, saat itu ibu-ibu kadang hanya menerima upah Rp 10.000. Namun, karena keuletan ibu-ibu perajin batik di Desa Kebon selama bertahun-tahun, akhirnya membawa hasil.

Kain batik khas Desa Kebon saat ini bisa bersaing hingga pasaran luar negeri. 

Harganya, kata Windarti, dipatok untuk kain ukuran panjang 2,5 meter dengan lebar 110 cm dijual mulai harga Rp 350 ribu hingga jutaan rupiah. Selain itu, batik tulis dari Desa Kebon juga memiliki ciri memakai pewarna alami. 

"Dari saat itu kami mulai mengembangkan kerajinan batik sebagai ladang penghasilan untuk ibu-ibu di desa kami," ujarnya.

"Yang paling laku malah motif klasik," tambahnya.

Usaha bersama

Windarti mengakui, keberhasilan Batik Kebon Indah merupakan kerja bersama dan dukungan banyak pihak.

Dirinya menyebut bahwa Batik Kebon Indah merupakan industri kolektif yang dibangun bersama dengan mayoritas ibu-ibu di desanya.

Saat ini, ada 180 orang yang terlibat dan memiliki keahlian serta peran masing-masing.

"Nantinya dari 180 orang itu akan dibagi tugas ada yang membatik ada yang mewarnai dan ada juga yang memasarkan," terangnya.

"Jadi bagi konsumen yang membeli batik ini secara tidak langsung membantu perekonomian ibu-ibu rumah tangga yang berada di desa kami," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul: Kisah Eks Buruh Batik di Kebon Klaten: Dulu Korban Gempa, Kini Pasarkan Produk hingga Luar Negeri

https://regional.kompas.com/read/2022/08/08/115842778/kisah-ibu-ibu-perajin-batik-tulis-di-desa-kebon-klaten-awalnya-buruh-pabrik

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke