Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Kasus Perundungan Anak Berujung Maut di Tasikmalaya

Kompas.com - 31/07/2022, 15:01 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KOMPAS.com - Sebanyak tiga tersangka yang masih berusia di bawah umur telah ditetapkan tersangka oleh polisi dalam kasus perundungan anak di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Penetapan tersangka dilakukan setelah polisi mendalami video dan melakukan gelar perkara yang dilakukan tim gabungan Kepolisian Resor Tasikmalaya dan Perlindungan Perempuan dan Anak Polda Jabar.

Baca juga: 3 Tersangka Perundungan Bocah SD di Tasikmalaya hingga Meninggal Dikembalikan ke Orangtua

Namun, polisi memutuskan untuk mengembalikan para tersangka ke orangtua masing-masing berdasar UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Perlindungan Anak dan upaya diversi dalam menangani kasus perundungan ini.

Sebagai informasi, diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak yang berkonflik dengan hukum dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana.

"Jadi, mekanisme diversi itulah yang dicari langkahnya yang tepat. Sesuai hasil yang dilakukan oleh tim bersama Bapas itu dimungkinkan dikembalikan kepada lingkungannya dengan berbagai pertimbangan," ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Barat (Polda Jabar) Komisaris Besar Polisi Ibrahim Tompo dihubungi, Selasa (26/7/2022).

Baca juga: 3 Tersangka Kasus Perundungan Bocah SD di Tasikmalaya Diversi 3 Bulan, jika Gagal, Diadili Lagi

Pola pengasuhan penting

Sementara itu, Dian Sasmita, pegiat isu anak berkonflik dengan hukum dan juga Direktur Sahabat Kapas di Kota Solo, mengaku prihatin dengan adanya kasus di Tasikmalaya tersebut.

Kasus itu, katanya, harus menjadi pembelajaran penting bagi para orangtua dan khususnya pemerintah agar kasus serupa tidak terulang di masa depan.

Diakui atau tidak, tegas Dian, anak-anak tersebut adalah produk dari pola pengasuhan orangtua dan juga lingkungan sekitar mereka.

Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Ibrahim Tompo.KOMPAS.COM/Bagus Puji Panuntun Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Ibrahim Tompo.

Baca juga: Kasus Bullying yang Tewaskan Siswa SD di Tasikmalaya, KPAI Menduga Pelaku Terpapar Konten Pornografi

"Kenakalan yang sudah diperbuat hingga mengakibatkan korban meninggal sangat memprihatinkan. Di sini yang perlu jadi fokus perhatian tidak hanya anak, namun orang tua dan pola pengasuhannya," katanya.

Orangtua, masyarakat dan juga aparat penegak hukum serta akademisi, harusnya terlibat dalam menciptakan pola asuh yang sehat. Tujuannya adalah memutus rantai kekerasan atau perundungan pada anak.

"Oke mereka telah melakukan kesalahan fatal. Namun anak-anak ini adalah produk dari pengasuhan yang salah dari orangtua dan lingkungan pendidikannya. Sehingga pihak-pihak di sekitar anak perlu juga diintervensi agar kejadian tersebut tidak terulang," katanya.

 

Jangan anggap remeh bullying

Bullying di sekolah bisa menyebabkan anak merasa cemas, stres, depresi hingga tindakan ekstrem seperti bunuh diri. Pexels Bullying di sekolah bisa menyebabkan anak merasa cemas, stres, depresi hingga tindakan ekstrem seperti bunuh diri.
Menurut Dian, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mewujudkan perlindungan bagi anak-anak adalah dengan melawan bullying.

Bullying atau perundungan adalah masalah serius dan bukan candaan. Penanganannyapun harus serius, termasuk dalam memberikan pemahaman kepada anak soal dampak dari perundungan.

"Bullying ini penyakit yang suka dianggap remeh sehingga kurang serius penanganannya. Bukan hanya sekedar memberi sanksi ke pelaku, namun bagaimana memberikan pendampingan ke pelaku, sehingga dapat menghentikan bullying dengan penuh kesadaran. Karena semua pelaku bullying pasti pernah jadi korban," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Regional
Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Regional
Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Regional
Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Regional
Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Regional
Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Regional
Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Regional
Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Regional
Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Regional
10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com