SEMARANG, KOMPAS.com - Penerapan sistem pendidikan di Indonesia saat ini masih menyisakan sekelumit kegelisahan bagi masyarakat.
Salah satu keresahan mengenai sistem pendidikan tersebut dirasakan oleh pasangan Muhammad Miftakhul Falah dan Dyah Ahsina. Menurut mereka, pendidikan di bangku sekolah masih terlalu banyak terpaku pada teori, namun minim dalam praktik.
Berangkat dari keresahan tersebut, Dyah dan Falah tergerak untuk membuat suatu komunitas yang berfokus dalam melakukan eksperimen di bidang sains. Komunitas ini dinamai Komunitas Ilmuwan Cilik (KIC).
Baca juga: 750 Ilmuwan Cilik Bereksperimen Online di Gramedia Science Day 2020
Sesuai dengan namanya, Komunitas Ilmuwan Cilik menaungi anak-anak kisaran usia 5-12 tahun. Sehingga, model pengajaran dikemas dengan cara yang berbeda.
"Saya lihat anak-anak lebih suka kalau praktik langsung. Kebetulan basic saya Kimia, suami saya Fisika. Dulu niatnya buat anak, terus ngajakin temen-temen kompleks rumah," tutur Dyah saat ditemui Kompas.com, Jumat (29/7/2022).
Melihat wajah bahagia dari anak-anak lingkungan sekitarnya, membuat Dyah dan Falah semakin semangat untuk mengembangkan Komunitas Ilmuwan Cilik.
Tak heran, komunitas kecil ini membawa banyak dampak positif bagi khalayak luas. Dengan itu, komunitas yang berdiri di 2017 ini mulai dikenal dan diundang di berbagai daerah.
"Memang didesain bagaimana anak-anak bisa belajar sains dengan menyenangkan. Ternyata ketika bereksperimen, rasa ingin tahu anak-anak itu tinggi. Jadi banyak yang tertarik," jelas Dyah.
Lebih jelas Dyah menuturkan, dirinya telah membawakan puluhan eksperimen kepada anak-anak.
Baca juga: Siswa Kesatuan Bangsa Sumbang Medali di Olimpiade Fisika Internasional
Tak muluk-muluk, dirinya menarik materi dari kehidupan sehari-hari, seperti eksperimen kapilaritas, gunung meletus, ocean in bottle, sate balon dan masih banyak lagi.
Dengan eksperimen tersebut, imbuh Dyah, anak-anak bisa tahu sains tanpa mengeluhkan landasan teori ilmiah dibaliknya.
"Tidak sampai pakai penjelasan fisika yang detil. Mereka tidak akan tertarik jika menggunakan bahasa ilmiah. Jadi kami memakai penjelasan yang sangat sederhana," jelas Dyah.
Menariknya, Dyah dan Falah tidak pernah memungut biaya sepeser pun bagi siapa saja yang mengikuti eksperimen.
Hanya saja, peserta harus mempersiapkan sendiri bahan-bahan yang dibutuhkan, lantas datang ke tempat eksperimen.
Adanya metode tersebut, tambah Dyah, bertujuan untuk membangun motivasi anak-anak agar berlatih bertanggung jawab.
Baca juga: Tim Indonesia Raih Medali Emas di Ajang Olimpiade Fisika Internasional
"Kami ingin memberikan motivasi kepada anak-anak bahwa segala sesuatu itu harus ada usaha. Jadi mereka datang karena ingin benar-benar belajar," tutur dia.
Terlepas dari itu, kegiatan Komunitas Ilmuwan Cilik memang tidak dilaksanakan secara terjadwal. Meski begitu, peminat komunitas ini terus meningkat seiring bertambahnya waktu.
"Pandemi kemarin sempat terhenti. Tapi kita alihkan dengan eksperimen melalui Zoom Meetings. Bahkan ada satu anak Indonesia yang tinggal di Jepang juga ikut," jelas Dyah.
Meski berdiri sebagai komunitas non-profit, sebagai founder, Dyah selalu berusaha menciptakan inovasi untuk meningkatkan pengetahuan sains bagi anak-anak.
Dengan itu, dirinya berharap Komunitas Ilmuwan Cilik bisa membantu anak-anak dalam meniti ketertarikannya dengan dunia sains.
"Dari sini mereka bisa merekam, kemudian mempraktikkan kembali di rumah. Akhirnya mereka tertarik dan termotivasi," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.