Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Maria Sinona, Menenun Kain hingga Sukses Kuliahkan 2 Keponakannya

Kompas.com - 07/07/2022, 12:20 WIB
Serafinus Sandi Hayon Jehadu,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

MAUMERE, KOMPAS.com - Maria Sinona (43) duduk sambil menenun kain di teras rumahnya di Kelurahan Wailiti, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, NTT, Rabu (6/7/2022) pagi.

Meski tak lagi muda, jemari Maria lincah dan teliti mengoperasikan alat tenun.

“Ini pekerjaan saya sehari-hari. Saya sudah 10 tahun menenun,” ucap Maria pelan.

Baca juga: 1.000 Warga Sikka Idap HIV dan AIDS, 211 Orang Meninggal

Di rumahnya di Wailiti, Maria tinggal bersama kedua saudaranya yang bekerja sebagai petani sayuran.

Bagi Maria, menenun, tak sekadar menjaga warisan budaya, tetapi untuk menyambung kebutuhan hidup.

Bahkan, ia sukses membiayai pendidikan dua ponakannya hingga sarjana.

"Ada dua yang sudah sarjana, anak dari kakak dan adik saya. Satunya lulusan dari Kupang dan sudah pegawai negeri sipil (PNS). Kalau satunya guru honorer," ucapnya.

Baca juga: Mengenal Tradisi Wee Mbaru, Ritual Sebelum Menghuni Rumah Baru di Manggarai NTT

Maria menuturkan, dirinya belajar menenun sejak masih masih remaja. Guru yang mengajarinya menenun adalah ibundanya sendiri.

Berkat kesabaran dan kemauan belajarnya, kini Maria bisa menghasilkan produk tenun yang berkualitas.

Baca juga: Polisi Usut Penyebab Kematian Pria Asal Makassar yang Membusuk di Indekos Sikka

Kini, ibunda dari Maria telah meninggal dunia. Sebuah alat tenun sederhana disimpannya sebagai warisan berharga dari sang ibu.

"Sekarang alat tenun yang saya pakai pemberian mama. Ia barang berharga bagi saya. Mama sudah meninggal beberapa tahun lalu,” tuturnya.

Baca juga: Pelaku yang Aniaya Pria gara-gara Bunyi Pagar di Sikka Tak Ditahan, Ini Kata Polisi

Proses panjang

Maria mengatakan, menenun bukan hal yang mudah. Butuh proses panjang dan kesabaran.

Sebab, semakin rumit motifnya, semakin lama pula waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu produk kain tenun.

Meski demikian, ia tak pernah putus asa. Sekali pun tak ada pesanan, Maria tetap menenun.

Sebab, baginya menenun adalah panggilan jiwa.

“Kadang untuk menghasilkan satu kain tenun sarung bisa menghabiskan waktu sebulan. Sangat tergantung motif,” ujarnya.

Baca juga: Cabuli Penumpang yang Masih di Bawah Umur, Tukang Ojek di Sikka Ditangkap

Maria mengungkapkan, selembar sarung tenun buatanya dibanderol dengan harga mulai Rp 800.000. Sangat tergantung tingkat kerumitan motif yang dihasilkan.

“Yang paling mahal Rp 1.800.000 karena motifnya sulit. Tapi meski mahal banyak juga yang pesan,” katanya.

Maria berharap, agar usahanya terus berkembang dan kelak bisa memperkerjakan orang lain.

 

Perda

Sekretaris UMKM Niang Tana Sikka (Unitas) Sonya da Gama mengatakan, tenun ikat merupakan salah satu potensi luar biasa yang dimiliki Kabupaten Sikka.

Sonya menyebutkan, hampir setiap tempat atau desa di wilayah itu memiliki perajin kain tenun.

“Hanya saja kekhawatiran kita saat ini adalah minimnya generasi muda untuk jadi penenun. Rata-rata usia penenun itu 40 tahun ke atas,” ujarnya.

Oleh sebab itu, lanjutnya, pemerintah mesti membuat produk hukum seperti peraturan daerah (perda) agar setiap instansi pemerintah maupun swasta menggunakan produk kain tenun yang ada di daerah sendiri.

Dia berkeyakinan, apabila hal dilakukan maka akan menumbuhkan semangat generasi muda melestarikan budaya kain tenun.

“Artinya produk kain tenun itu tidak hanya digunakan seragam, tetapi kebutuhan lain seperti kain meja, gorden, atau kebutuhan lain. Sehingga akan meningkatkan pendapatan para penenun dan menumbuhkan minat generasi muda," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Regional
Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Regional
Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Regional
Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Regional
Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Regional
Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Regional
Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Regional
Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Regional
Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Regional
Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Regional
Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Regional
Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Regional
Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Regional
Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com