Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konservasi Gurita dan Cantiknya Wisata Laut Kaur Bengkulu

Kompas.com - 24/06/2022, 10:16 WIB
Firmansyah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BENGKULU, KOMPAS.com - Matahari mulai merendah ke peraduan sebelah barat menebar sinar teduh. Biru laut Pantai Laguna, Desa Merpas, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, pun menghampar sebening kaca.

Tak jauh dari sana, perahu cadik nelayan berbaris rapi di bibir pantai di atas pasir kasar berwarna putih.

Ombak kecil menyapu pantai berpasir menghasilkan suara gemerincing laksana kaki penari bergelang lonceng kecil.

Baca juga: Motif Pelaku Aborsi di Mataram, Kesal Tak Diizinkan Pacar Makan Gurita Saat Mengidam

 

Semilir angin sore dan cerita nelayan tentang laut, hasil tangkapan, ditemani kopi menjadi sore di Pantai Laguna begitu hidup.

Kepala Desa Merpas, Kurniawan Syahputra, saat ditemui Kompas.com di Pantai Laguna menatap jauh pada dua boya (pelampung) sebagai penanda kawasan konservasi gurita Desa Merpas.

Sekitar tiga bulan terakhir, para nelayan Desa Merpas menyepakati dua hektar kawasan laut daerah itu mereka jadikan wilayah konservasi gurita.

"Dua boya (pelampung) di tengah laut itu adalah penanda kawasan terlarang memancing gurita. Para nelayan bersepakat langkah itu dilakukan untuk pembesaran dan pembiakan gurita," jelas Kurniawan sambil menunjuk ke tengah laut, Kamis (23/6/2022).

Kesepakatan larangan tangkap di dua hektar kawasan laut itu, menurut dia, berangkat dari keluhan nelayan setempat karena mulai sulitnya mendapatkan gurita.

Maklum, selama ini para nelayan begitu massif menangkap gurita, bahkan semua ukuran gurita bila terkena pancing maka ditangkap.

Alhasil, gurita mulai langka di pasaran. Harga pun menjadi mahal sekitar Rp 80.000 per kilogram gurita basah.

"Harga mahal gurita sulit didapat," beber dia.

Baca juga: Pemda Kaur Bengkulu Pecahkan Rekor Dunia, Masak 10.500 Tusuk Sate Gurita

Memasuki bulan keempat larangan tangkap diberlakukan, Mei 2022, para nelayan bersepakat areal larangan tangkap gurita dibuka, nelayan diperbolehkan menangkap gurita. Hasilnya mencengangkan.

"Hasil pelarangan tangkap di wilayah dua hektar itu sungguh mencengangkan para nelayan berhasil memancing gurita ukuran 1,8 kilogram hingga 2 kilogram. Selama ini untuk mendapatkan gurita seberat 0,5 kilogram saja sulit," jelas Kurniawan.

Selain bobot gurita bertambah, jumlah gurita di areal konservasi juga bertambah.

Meri salah seorang nelayan setempat mengakui bahwa pembatasan dan penghentian sementara pemancingan gurita menghasilkan bobot dan jumlah gurita.

"Berat gurita bertambah, jumlah gurita juga banyak. Jadi ini semacam tabungan nelayan," jelasnya.

Wilayah Konservasi Akan Ditambah 10 Hektar

Kurniawan menjelaskan, dengan keberhasilan uji coba wilayah larangan tangkap selama 3 bulan, pihak desa berencana akan memperluas menjadi 10 hektar. Namun, rencana ini harus dibicarakan dengan para nelayan.

"Rencana memang akan diperluas menjadi 10 hektar, tapi kami harus musyawarah dengan nelayan. Larangan itu hanya tidak boleh menangkap gurita, kalau ikan dan lainnya boleh," ungkapnya.

Semua sepemikiran, merawat gurita dimulai dari menjaga tempat tinggal gurita, yakni karang dan lingkungan laut yang bersih.

Nelayan Kaur, bersama Yayasan Akar Foundation dan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Ujung Lancang pada Jumat (18/2/2022), melakukan kegiatan Temporary Closur (TC) atau penutupan sementara area tangkap perikanan gurita selama tiga bulan.

Baca juga: 5 Tempat Wisata Horor Paling Populer di Jawa Barat

"Penutupan ini merupakan implementasi dari salah satu aktivitas konsep Community Based Marine Management (CBMM) yang dibuat Akar Foundation, dan telah dijadikan program strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Bengkulu pada 2021-2026," kata Sahrul selaku koordinator Program Kelautan Akar Foundation.

TC adalah metode yang digunakan untuk menjaga kelestarian terumbu karang habitat gurita dan spesies gurita.

Metode ini bisa digunakan oleh siapa pun, termasuk small scale octopus fisheries atau nelayan gurita kecil.

Ke depannya, lokasi gurita ini bisa dikembangkan menjadi daya tarik wisata bahari yang bisa meningkatkan pendapatan desa di sektor wisata bahari.

Festival Gurita dan Kesejahteraan Nelayan

Pemkab Kaur, Kamis (23/6/2022), baru saja menyelesaian even tahunan Festival Gurita dengan memecahkan rekor dunia memasak 10.500 tusuk sate.

Even ini tentu saja membuka mata dunia untuk melihat Kabupaten Kaur sebagai destinasi wisata baru.

Baca juga: Wisata Alam Capolaga Subang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

 

Gurita sebagai kuliner andalan menjadi icon. Masyarakat Kaur berharap even berdampak positif pada kesejahteraan dan kelestarian laut.

Kabupaten Kaur memiliki sejumlah keindahan alam khas seperti pantai yang memanjang indah biru sebening kaca hingga perbatasan Lampung. Lalu benteng peninggalan penjajah, wisata surfing, snorkeling, memancing, pemancingan tuna, dan lainnya.

"Kita berharap pemerintah mampu menjadikan potensi yang ada menjadi sesuatu yang menyejahterakan masyarakat Kaur. Harap kami agar even tahunan festival gurita tidak sebatas seremonial namun berdampak positif bagi Kaur, Bengkulu, dan Indonesia," jelas salah seorang warga Kaur, Uci.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Sengketa, KPU Tunda Penetapan 5 Caleg Terpilih di Sumbar

Ada Sengketa, KPU Tunda Penetapan 5 Caleg Terpilih di Sumbar

Regional
Imbas Letusan Gunung Ruang, 1.324 Warga Dievakuasi Keluar dari Pulau Tagulandang

Imbas Letusan Gunung Ruang, 1.324 Warga Dievakuasi Keluar dari Pulau Tagulandang

Regional
Pencarian Dihentikan, 2 Penambang Tertimbun Galian Batu Bara Dinyatakan Hilang

Pencarian Dihentikan, 2 Penambang Tertimbun Galian Batu Bara Dinyatakan Hilang

Regional
Gunung Ruang Keluarkan Asap Setinggi 600 Meter

Gunung Ruang Keluarkan Asap Setinggi 600 Meter

Regional
Kisah Relawan Tagana Sumbawa, 14 Tahun Berada di Garda Depan Bencana Tanpa Asuransi

Kisah Relawan Tagana Sumbawa, 14 Tahun Berada di Garda Depan Bencana Tanpa Asuransi

Regional
14 Mobil Damkar Berjibaku Bersihkan Bandara Sam Ratulangi dari Debu Gunung Ruang

14 Mobil Damkar Berjibaku Bersihkan Bandara Sam Ratulangi dari Debu Gunung Ruang

Regional
TKA di Kepri Wajib Bayar Restribusi 100 Dolar AS Tiap Bulan

TKA di Kepri Wajib Bayar Restribusi 100 Dolar AS Tiap Bulan

Regional
Aksi 'May Day' di Semarang Ricuh, Polisi Semprotkan Water Canon Saat Gerbang Didobrak Massa

Aksi "May Day" di Semarang Ricuh, Polisi Semprotkan Water Canon Saat Gerbang Didobrak Massa

Regional
Ayah di Manggarai Timur Diduga Cabuli Anak Kandung sampai Melahirkan

Ayah di Manggarai Timur Diduga Cabuli Anak Kandung sampai Melahirkan

Regional
Daftar ke 4 Parpol, Pj Walkot Bodewin Siap Bertarung di Pilkada Ambon

Daftar ke 4 Parpol, Pj Walkot Bodewin Siap Bertarung di Pilkada Ambon

Regional
Culik Warga, Anggota Geng Motor di Lhokseumawe Ditangkap

Culik Warga, Anggota Geng Motor di Lhokseumawe Ditangkap

Regional
Buruh Demak Terbagi 2, Ikut Aksi di Semarang atau Jalan Sehat Bersama Pemerintah

Buruh Demak Terbagi 2, Ikut Aksi di Semarang atau Jalan Sehat Bersama Pemerintah

Regional
Selingkuh Dengan Teman Kantor, Honorer di Bangka Barat Dipecat

Selingkuh Dengan Teman Kantor, Honorer di Bangka Barat Dipecat

Regional
Pilkada Banten 2024, Airin Rachmi Diany Berharap Restu Megawati dan Cak Imin

Pilkada Banten 2024, Airin Rachmi Diany Berharap Restu Megawati dan Cak Imin

Regional
Mengenang Mei 1923, Saat Mogok Buruh Lumpuhkan Transportasi Semarang

Mengenang Mei 1923, Saat Mogok Buruh Lumpuhkan Transportasi Semarang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com