LOMBOK TENGAH, KOMPAS.com- Masnah (30), warga Desa Tumpak, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat menangis, mengetahui kenyataan suaminya Ahmat Sapii alias Mat (38) ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa di perairan Singapura.
Mat sapaan akrab Ahmat Sapii, merupakan salah satu korban kapal tenggelam yang mengangkut 30 Pekerja Migran Indonesia (PMI) ilegal.
Kapal yang ditumpangi Mat itu dihantam gelombang saat menyeberang dari Batam menuju Malaysia.
Baca juga: Petugas Pantai Singapura Temukan 1 Jenazah TKI Ilegal Asal Lombok NTB
Masnah mengungkapkan, dia pertama kali mengetahui sang suami meninggal dunia melalui informasi dari media massa.
Lalu perwakilan pemerintah desa setempat datang untuk memberi tahu kabar tersebut.
"Tahu dari berita TV awalnya, terus dikasih tahu sama Kadus, suami saya ditemukan di Singapura udah meninggal," ungkap Masnah dengan suara lirih, Kamis (24/6/2022).
Baca juga: Sebagian PMI Ilegal Asal NTB yang Tenggelam di Batam Ditemukan Meninggal
Masnah bercerita, satu hari sebelum kejadian, suaminya sempat melakukan panggilan video call dengan dirinya dan anaknya.
Mat memberitahukan bahwa dirinya akan berangkat menyeberang melalui Batam.
"Malam Kamis (15/6/2022), dia sempat video call tengah malam, memberi kabar katanya mau berangkat, tapi ternyata dia berangkat malam Jumat sama teman-temannya," kata Masnah.
Dua hari setelah insiden tenggelamnya kapal yang ditumpangi Mat, Masnah baru mendapat kabar dari rekan sang suami.
Pria bernama Fikri yang selamat dalam kejadian tersebut mengabarkan bahwa suami Masnah ikut tenggelam dan belum ditemukan.
"Tahu kabar kalau dia hilang itu setelah ada telepon dari Fikri, dia bersama suami saya dalam kapal boat yang tenggelam, tapi dia (suami) tidak ada di lokasi (penampungan korban selamat)," kata Masnah.
Baca juga: Tiba di NTB, Pebalap dan Ofisial MXGP Disambut Atraksi Gendang Beleq
Masnah menjelaskan, suaminya tersebut telah tiga kalinya pergi ke Malaysia.
Pertama, melalui jalur legal, sementara kedua dan terakhir kalinya sebelum ditemukan meninggal, sang suami berangkat melalui jalur non-prosedural.
"Sudah tiga kali dia ke Malaysia, katanya mau cari untuk biaya sekolah anak, dan juga untuk makan sehari-hari, di sini ada pekerjaan tapi agak susah," kata Masnah.
Masnah berharap, jasad sang suami bisa dipulangkan bagaimana pun kondisinya.
"Saya minta pemerintah segera mengurus suami saya, agar bisa kami makamkan di sini dengan baik," kata Masnah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.