Enam korban kecelakaan maut di Pegunungan Arfak Papua yang berasal dari Dusun Tulakadik, Desa Derok Faturene, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu, NTT
Mereka berasal dari satu rumpun keluarga dan rumahnya saling berdekatan.
bahkan dua korban berstatus kakak beradik yakni Aleksander Mauk dan Servasius Lelok.
Keluarga kemudian memutuskan enam korban disemayamkan di satu tempat yakni di rumah Marianus Ulu, kakak sulung dari korban Aleksander Mauk dan Servasius Lekok.
Ferdinandus Berek, salah satu keluarga korban mengatakan Aleksander sudah merantau di Papua sejak tahun 2000.
Baca juga: Isak Tangis Iringi Pemulangan 18 Jenazah Korban Kecelakaan Maut Pegunungan Arfak ke NTT
Aleksander termasuk karyawan yang dipercayakan perusahaan untuk mendampingi karyawan yang lain yang sama-sama dari Belu.
Menurutnya Aleksander sempat pulang ke kampung untuk acara pembangunan rumah adat pada Agustus 2021.
Ferdinandus bercerita pagi hari sebelum kecelakaan, Servasius sempat menghubungi kakaknya di NTT dan mengabarkan kondisinya yang kesasar.
"Sekitar pukul 02.00 waktu setempat, masih telepon lagi dari sana ke kakaknya bilang kami sudah kesasar dan lari. Kita tidak tahu karena apa. Terakhir, bilang mobil terguling. Kakak Marianus ini sempat telepon adiknya Servasius Lelok itu, telepon halo halo habis, mati HP. Pagi jam tiga baru dengar yang adik lagi sudah meninggal," kisah Ferdinandus.
Baca juga: Jenazah 18 Korban Kecelakaan Maut di Pegunungan Arfak Diterbangkan ke NTT Hari Ini
Jesika mengtakan enam tahun sudah tak bertemu dengan korban sejak bekerja di Papua.
"Korban telah pergi bekerja di Papua selama enam tahun dan kami tidak pernah bertemu, akan tetapi sekarang kami hanya melihat Hengki yang terbujur kaku di dalam peti jenazah," ungkap Jesika.
Ia bercerita seminggu sebelum kecelakaan, Hengky sempat menelpon Jesika dan bercerita akan turun ke kota untuk mengirimkan uang kepada orangtuanya di Desa Kuanfu, Kabupaten TTS.
Baca juga: Tragedi Kecelakaan Maut di Pegunungan Arfak...
"Minggu lalu Hengki telepon mau kirim uang untuk orang tua di kampung, selain itu Hengki juga mengatakan bahwa di tempat kerjanya, wilayah Arfak, Papua Barat tidak ada jaringan telepon sehingga sulit dihubungi, sehingga saat turun ke kota barulah dapat menghubungi saya untuk komunikasi," tambah Jesika.
Usai menerima jenazahnya di Bandara El Tari, Jesika bersama keluarga langsung membawa jenazah Hengki ke kampung halamannya di Kuanfatu, Kabupaten TTS.
Jenazahnya dijemput sang istri, Elena Sanipai yang menggendong anaknya berusia lima bulan.
Elena dan Andy baru menikah sejak tahun 2021. Setelah menikah, Elena ikut sauminya ke Manokwari untuk bekerja.
Setelah itu sehari sebelum kecelakaan yang merenggut nyawa Andy, istrinya sempat melarang agar tidak menumpang truk tersebut.
Akan tetapi Andy bersikeras menolak permintaan istrinya dan menaiki truk serta mengabarkan akan menelepon pada keesokan harinya.
"Perasaan saya khawatir saat Andy naik truk itu, dan kekhawatiran saya terbukti setelah mendapatkan kabar bahwa Andy bersama pekerja lainnya telah meninggal dunia dalam kecelakaan," tambah Elena.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Sigiranus Marutho Bere | Editor : Pythag Kurniati), Tribunnews.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.