Spontan, Kompas.com melihat perahu yang ditunjuk oleh Achmad. Terlihat seorang lelaki dengan wajah tertutup "topi ninja" mengemudikan perahu.
Terdengar dari suara mesinnya yang semakin mengecil, ia memperlambat laju perahunya karena mau bersandar.
Benar, perahu itu langsung menepi, kemudian lelaki itu memegang tali, dan tangan satunya menjangkau tonggak bambu di pinggir sungai. Perahu berhenti, kemudian pemilik perahu tersebut mengikatkan tali yang dipegang.
Beberapa saat kemudian, setelah perahu bersandar, Kompas.com, pamit kepada Achmad, dan berjalan ke arah perahu tersebut.
Baca juga: Saatnya Menghargai Nelayan
Harus lewat jembatan yang terbuat dari bambu, untuk bisa ke perahu yang baru bersandar itu. Setelah sampai, Kompas.com menyapa kepada lelaki yang berada di perahu. “Assalamualaikum, Pak. Banyak tangkapan ikannya ?”
Yang disapa menengadah menatap Kompas.com, kemudian menjawab, “Alhamdulillah.”
Setelah itu, kami berkenalan. Nelayan yang baru pulang tersebut mengaku bernama Toha (34), warga RT 01 RW 04, Kelurahan Bandengan.
Sambil memilah-milah ikan hasil tangkapan, Toha, bercerita sudah sejak remaja dirinya menjadi nelayan. Selama menjadi nelayan, bapak beranak 2 itu, hidupnya pas-pasan.
“Tapi saya lebih beruntung karena punya kapal sendiri, hasilnya dinikmati sendiri,” ujar Toha.
Toha mengaku, mempunyai perahu dari ayahnya yang dulu juga nelayan. Ikan yang biasa tangkap dari laut, jenis cumi dan udang. “Ada juga rucah (campuran dari beberapa ikan),” kata Toha.
Baca juga: 3 Hari Pencarian, Nelayan Karimun yang Hilang Saat Melaut Ditemukan Tak Bernyawa
Toha mengaku, jumlah ikan yang ia bawa pulang jumlahnya tidak menentu. Kadang bisa membawa pulang cumi 10 kilogram, kadang sampai 40 kilogram.
Harga cumi per kilonya, saat ini Rp 35.000. Sedang sekali jalan, setidaknya ia membutuhkan solar 10 liter dan bekal makanan, serta rokok. “Kapal saya menggunakan 2 mesin,” jelas Toha.
Menurut Toha, nelayan Bandengan tidak kesulitan mencari BBM. Selain ada Pom BBM khusus untuk nelayan, juga bisa membeli solar di POM bensin umum.
Syaratnya, mendapat rekomendasi dari Dinas Kelautan Kendal. “Saat ini BBM masih mudah,” kata Toha.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kendal, Triyono, mengatakan dari data terakhir yang ia punya, jumlah nelayan di Kabupaten Kendal sekitar 19.000 orang.
Baca juga: Perkosa Anak Angkat, Seorang Nelayan di Kupang Ditahan