Selain dikenal sebagai pawang hujan, Mbak Rara juga seorang peramal. Ia tinggal di Jalan Cing Wanara, Denpasar Bali.
Ia bercerita kisah paling menyedihkan selama menjadi pawang hujan adalah saat pertandingan piala AFC U-19 pada 28 Oktober 2018.
Bahkan ia bercerita saat itu menangis karena tak bisa membendung hujan yang turun. Walau akhirnya dia mengklaim bisa mengendalikan hujan dengan usaha yang telah ia lakukan.
“Pengalaman paling sedih saat jadi pawang hujan ya saat acaranya Coach Indra ( Indra Sjafri) pas 28 Oktober saya sampai nangis,” kata Rara.
Baca juga: Hiburan Quartararo Tirukan Aksi Pawang Hujan Mandalika
Menurutnya saat itu, BMKG sudah memprediksikan akan turun hujan.
“Mungkin kayak power bank yang dayanya sudah habis, saya tidak sanggup dan saya bilang ke coach Indra, tapi nggak dibales mungkin lagi persiapan bertanding. Pas itu hujannya nggak bisa digeser karena saya sudah kehabisan tenaga,” kisahnya. .
Ia kemudian menghapus air mata dan meminta rokok pada anggota TNI yang ada di sana.
Rara menyulut tujuh batang rokok dan dijejerkan, lalu ia meminta pada anggota TNI itu untuk membantunya dengan berdoa. Setelah itu, hujan pun menjadi reda.
Baca juga: Live MotoGP Mandalika: Aksi Pawang Hujan Curi Perhatian Kru Tim
Mbak Rara juga mengaku sering menjadi pawang hujan pada hajatan politik di Bali.
Dan saat menjalankan tugasnya ia bercerita banyak yang mencoba menurunkan hujan saat ia menjadi pawang hujan.
“Beberapa penyerangan saya alami saat jadi pawang hujan di hajatan politik, pernah sampai kemben saya bolong karena tidak sadar kena dupa,” katanya.
Ia bersama beberapa pawang hujan bahkan pernah ‘diserang’ oleh 30 orang yang membuat hujan.
Baca juga: Biar Pebalap Nyaman, Pawang Hujan Bikin Cuaca Mandalika Sedikit Gerimis
Saat berhasil meredakan hujan, kembali turun hujan.
Ia menjadi pawang hujan sejak usia 9 tahun di acara pagelaran wayang.
"Umur sembilan tahun saya sudah cari uang sendiri dari acara wayangan dan waktu itu saya belum menggunakan menyan untuk menjadi pawang hujan. Saya bilang ke dalangnya kalau saya bisa bantu agar tidak hujan," paparnya.
Dengan melakoni pekerjaan tersebut ia mendapat uang Rp 5.000 hingga Rp 10.000.
Untuk menjadi pawang hujan ia dibayar dengan sistem kontrak dengan bayaran Rp 5 juta dalam sekali event.
Bahkan pernah juga ia dibayar Rp 10 juta. Jika gagal, ia mendapat bayaran 50 persen. Selain itu, ia juga merupakan pawang hujan saat pelaksanaan Asian Games.
Baca juga: Pawang Hujan di Gelaran MotoGP, Sosok di Balik Cuaca “Adem” Mandalika
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.