KOMPAS.com - Jepara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang letaknya ada di bagian utara.
Secara geografis, kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di Barat dan Utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di Timur, serta Kabupaten Demak di Selatan.
Baca juga: Lagi! 2 Pemuda Jepara Tewas Usai Tenggak Gingseng Oplosan Berbahan Etanol dan Pewarna Makanan
Tak banyak yang tahu bahwa Jepara menyimpan berbagai fakta yang membuat kabupaten ini istimewa.
Kabupaten Jepara merupakan tanah kelahiran dari pahlawan nasional RA Kartini.
Baca juga: 8 Wisata di Jepara Selain Pantai, Ada Air Terjun dan Hutan Lindung
Bahkan RA Kartini merupakan anak dari Bupati Jepara yang bernama Raden Mas Sosroningrat dan ibu bernama M.A. Ngasirah.
Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV adalah sosok cerdas yang diketahui menjadi bupati di usia 25 tahun.
Baca juga: Berkaca dari Kasus Miras Oplosan Renggut 9 Nyawa di Jepara...
RA Kartini dikenang sebagai pahlawan emansipasi yang memperjuangkan hak perempuan untuk menerima pendidikan.
Tak heran kemudian Kabupaten Jepara menyandang nama Bumi Kartini sebagai tempat kelahirannya.
Wilayah Kabupaten Jepara tak hanya di Pulau Jawa namun juga meliputi Kepulauan Karimunjawa.
Lokasinya yang berada di Laut Jawa menyebabkan sebagian besar wilayah perairan Jepara dilindungi dalam Cagar Alam Laut Karimunjawa.
Akses ke Kepulauan Karimunjawa dilayani oleh kapal ferry melalui Pelabuhan Jepara dan kapal cepat dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
Selain itu di Kepulauan Karimunjawa juga terdapat lapangan terbang perintis yang dapat didarati pesawat terbang berjenis kecil dari Semarang.
Jepara dikenal sebagai daerah dengan nilai ekspor bahan baku mebel dan furniture cukup tinggi.
Angka ekspor dari Jepara tahun 2020 mencapai 177,03 juta dolar AS dengan volume ekspor mencapai 53,65 juta kg.
Nilai ekspor dari Jepara tetap tinggi ini menyasar berbagai negara mulai dari Uni Eropa, Amerika, Timur Tengah, Australia hingga negara tetangga seperti Malaysia, Singapura hingga India.
Selain produk furniture, Jepara juga dikenal dengan keindahan seni ukiran berkelas dunia.
Keberadaan seni ukir di Jepara ini memiliki sejarah panjang karena kemampuan mengukir ini diturunkan dari generasi ke generasi.
Legenda tentang pengukir Jepara disebut bermula saat zaman kekuasaan Raja Brawijaya di Kerajaan Majapahit yang memanggil Prabangkara untuk melukis istrinya tanpa berbusana sebagai wujud cinta.
Namun Raja Brawijaya meminta Prabangkara melukis sang permaisuri tanpa boleh melihatnya, dan berakhir dengan memuaskan.
Namun kotoran seekor cicak ternyata mengotori lukisan itu tepat dimana sang permaisuri memiliki tahi lalat yang kemudian membuat Raja Brawijaya murka karena mengira Prabangkara mengintip sang permaisuri.
Prabangkara dihukum dengan diikat di layang-layang dan diterbangkan yang kemudian jatuh di daerah Mulyoharjo.
Disanalah Prabangkara mulai mengajarkan ilmu ukir kepada warga Jepara yang berkembang pesat hingga saat ini.
Menilik sejarah geologinya, wilayah Jepara yang berada di Pulau Muria ternyata pernah terpisah dari Pulau Jawa.
Berpusat di Gunung Muria, wilayah ini sempat terpisah oleh Selat Muria yang melintasi Demak hingga Rembang.
Seiring berjalannya waktu, pendangkalan yang terjadi di selat tersebut membuat kedua daratan secara perlahan menyatu.
Walau begitu, temuan fosil hewan laut di Situs Patiayam Kudus serta kenampakan Bledug Kuwu di Kabupaten Grobogan turut mendukung teori ini.
Sumber:
kompas.com
sippa.ciptakarya.pu.go.id
antaranews.com
indonesia.go.id
kemdikbud.go.id