"Kami ingin semangat perubahan yang diajarkan oleh KGPAA Mangkunegoro VI dapat memacu semangat masyarakat khususnya generasi muda Solo untuk berani berubah demi kemajuan," ungkap Lilik.
Perwakilan keluarga Trah KGPPA Mangkunegara VI, Pinky Saptandari mengaku bangga meski KGPAA Mangkunegara VI sudah lama wafat, tetapi masih diingat dan dicintai oleh masyarakat.
"Ini menunjukkan tokoh pemimpin yang memang bisa mendekatkan masyarakat," kata Pinky, yang merupakan cucu buyut KGPAA Mangkunegara VI.
Pinky menuturkan alasan KGPAA Mangkunegara VI dimakamkan di Astana Oetara karena ingin menyatu bersama rakyat.
Selain itu, anak keturunannya nantinya juga bisa dimakamkan di Astana Oetara.
Baca juga: Siswa di Kota Solo Tolak PJJ, Gibran Rakabuming: Sudah Dievaluasi, Tunggu SE
"Kalau dimakamkan di sana kan (Astana Girilayu) hanya untuk raja-raja saja sehingga terpisah. Jadi, kami tentu dengan upaya beliau yang luar biasa ya tugas kita bersama untuk menjaga, melestarikan, ngopeni dan meneruskan (ajarannya)," tutur Pinky.
Lurah Nusukan, Arik Rahmadani mengatakan, napak tilas KGPAA Mangkunegara VI sangat penting untuk mengingatkan generasi muda terhadap peristiwa sejarah di Solo.
Sebab, generasi muda sekarang cenderung menyukai kebudayaan barat.
Dengan kegiatan ini, diharapkan generasi muda bisa kembali melestarikan kebudayaan asli daerahnya.
"Kebetulan Nusukan itu kan sebagai kelurahan berbudaya. Image tersebut akan kami gunakan dan alhamdulillah banyak teman-teman yang mengetahui kegiatan itu," terang Arik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.