Salin Artikel

Napak Tilas Peristiwa Sang Reformis, KGPAA Mangkunegara VI Menuju ke Peristirahatan Terakhir di Solo

SOLO, KOMPAS.com - Puluhan warga mengikuti napak tilas peristiwa pemakaman Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VI dengan pawai sepeda onthel di Solo, Jawa Tengah, pada Minggu (13/2/2022).

Peserta napak tilas memakai surjan dan mits, merupakan penutup kepala khas ciptaan KGPAA Mangkunegara VI. Pawai sepeda napak tilas dimulai star dari Museum Radya Pustaka.

Rombongan menuju rumah duka Thiong Ting dan berakhir di Astana Oetara kompleks makam sang penguasa yang berhasil mengembalikan kejayaan Pura Mangkunegaran tersebut.

Kegiatan ini menggambarkan narasi dari peristiwa pemakaman KGPAA Mangkunegara VI, yang memimpin Kadipaten Mangkunegaran di Solo tahun 1896 hingga 1916. 

Ketua panitia napak tilas KGPAA Mangkunegara VI, Lilik Kusnandar mengatakan, kegiatan ini sebagai bentuk keprihatinan selama dua tahun pandemi Covid-19 tidak ada kegiatan budaya.

Sebelumnya, secara rutin mulai tahun 2012, pihaknya selalu menyelenggarakan kegiatan budaya garebeg Astana Oetara. Kegiatan ini dilaksanakan setiap November.

"Dari kami, trah KGPAA Mangkunegara VI sering ngobrol di sini kemudian membuat suatu kegiatan sederhana karena masih pandemi tapi mengena. Akhirnya, muncul napak tilas surutipun KGPAA Mangkunegara VI," kata Lilik, Minggu.

KGPAA Mangkunegara VI merupakan sosok pemimpin yang modern dan berpikiran terbuka.

Ia memiliki berbagai kekhasan dan kebijakan-kebijakan yang berbeda dari raja-raja Jawa sebelumnya.

Kelihaiannya di bidang ekonomi dan didukung dengan karakternya yang memiliki sifat egaliter, anti kolonialisme dan multikultural, mampu mengembalikan kesejahteraan Kadipaten Mangkunegaran di masa kepemimpinannya.

"Kegiatan ini merupakan peringatan tentang peristiwa pemakaman KGPAA Mangkunegoro VI, yang turun tahta atas kemauannya sendiri setelah berhasil mengembalikan kejayaan Mangkunegaran. Beliau pindah ke Surabaya dan meninggal di Surabaya," terang dia.

"Jadi, ketika beliau wafat di Surabaya dibawa ke Solo itu naik kereta. Sampai Stasiun Sragen kemudian dibawa ambulans Tiong Thing baru pagi hari dimakamkan di sini (Astana Oetara)," sambung dia.

Dia mengatakan, KGPAA Mangkunegara VI adalah seorang pemimpin reformis yang mampu memajukan perekonomian dan kesejahteraan sosial di Kadipaten Mangkunegaran pada masanya.


"Kami ingin semangat perubahan yang diajarkan oleh KGPAA Mangkunegoro VI dapat memacu semangat masyarakat khususnya generasi muda Solo untuk berani berubah demi kemajuan," ungkap Lilik.

Perwakilan keluarga Trah KGPPA Mangkunegara VI, Pinky Saptandari mengaku bangga meski KGPAA Mangkunegara VI sudah lama wafat, tetapi masih diingat dan dicintai oleh masyarakat.

"Ini menunjukkan tokoh pemimpin yang memang bisa mendekatkan masyarakat," kata Pinky, yang merupakan cucu buyut KGPAA Mangkunegara VI.

Pinky menuturkan alasan KGPAA Mangkunegara VI dimakamkan di Astana Oetara karena ingin menyatu bersama rakyat.

Selain itu, anak keturunannya nantinya juga bisa dimakamkan di Astana Oetara.

"Kalau dimakamkan di sana kan (Astana Girilayu) hanya untuk raja-raja saja sehingga terpisah. Jadi, kami tentu dengan upaya beliau yang luar biasa ya tugas kita bersama untuk menjaga, melestarikan, ngopeni dan meneruskan (ajarannya)," tutur Pinky.

Lurah Nusukan, Arik Rahmadani mengatakan, napak tilas KGPAA Mangkunegara VI sangat penting untuk mengingatkan generasi muda terhadap peristiwa sejarah di Solo.

Sebab, generasi muda sekarang cenderung menyukai kebudayaan barat.

Dengan kegiatan ini, diharapkan generasi muda bisa kembali melestarikan kebudayaan asli daerahnya.

"Kebetulan Nusukan itu kan sebagai kelurahan berbudaya. Image tersebut akan kami gunakan dan alhamdulillah banyak teman-teman yang mengetahui kegiatan itu," terang Arik.

https://regional.kompas.com/read/2022/02/13/153200478/napak-tilas-peristiwa-sang-reformis-kgpaa-mangkunegara-vi-menuju-ke

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke