Penduduk di Pulau Bangka Belitung merupakan orang suku laut yang telah teralkutirasi dengan Malaka, Riau Kepulauan, Sulawesi, Kalimantan, maupun Suku Bugis.
Kondisi ini ditambah dengan kedatangan masyarakat dari Minangkabau, Jawa, Banjar, Kepulauan Bawean, Aceh, serta beberapa suku lainnya yang telah terlebih dahulu melebur.
Percampuran tersebut menghasilkan generasi baru, yaitu Orang Melayu Bangka Belitung.
Bahasa yang paling dominan digunakan adalah bahasa Melayu yang juga disebut sebagai bahasa daerah.
Baca juga: BMKG Prediksi Kepulauan Bangka Belitung Dilanda Cuaca Ekstrem
Namun, adanya keanekaragaman suku bangsa di wilayah tersebut, alhasil bahasa yang digunakan antara lain bahasa Mandarin dan bahasa Jawa.
Bandara udara di Provinsi Kepulauan Riau bernama Bandara Udara Depati Amir atau Depati Amir Airport.
Bandara yang juga dikenal sebagai Bandar Udara Pangkal Pinang adalah bandara udara yang terletak di Kota Pangkal Pinang.
Bandara telah dibangun sejak penjajahan Jepang pada 1942, sebagai pertahanan dari serangan sekutu.
Sesuai surat Sekjen Dephub No 378/TLK/DEPHUB/VIII/85 tanggal 22 Agustus 1985 nama pelabuhan udara diubah menjadi Bandara Udara.
Sedangkan, berdasarkan Surat Keputusan Menteri perhubungan No SK.1/AU.106/PHB-99 tanggal 25 Agustus 1999, nama Bandara Udara
Baca juga: Calon Penumpang di Bandara Depati Amir Diminta Hubungi Maskapai
Pangkalpinang diubah menjadi Bandara Udara Depati Amir.
Lempah Kuning atau lempah nanas merupakan masakan yang umum di Pulau Bangka.
Lempah Kuning merupakan sup ikan dengan buah nanas. Rasa masakan ini pedas dan biasanya disantap dengan nasi.
Bahan pembuat lempah kuning dapat menggunakan ikan, ayam, maupun daging sapi.
Ritual adat Buang Jung dilaksanakan setiap tahun. Ritual adat ini dilakukan terutama jika alam dianggap telah mengalami perubahan, seperti angin laut yang berhembus kencang dan air laut pasang, antara Juni dan Juli.
Baca juga: Pemerintah Bedah 10.634 Rumah di Kepulauan Bangka Belitung
Daya tarik tradisi ini adalah seorang laki-laki Sawang yang memperlihatkan keahlian berdiri di atas dua buah tiang kayu.
Selain berdiri, ia juga menari mengikuti alunan gendang yang dimainkan sendiri selama beberapa menit.
Adapun, ketinggian kayu mencapai kurang lebih 5 meter dari permukaan tanah, atau biasa disebut tiang jitun. (Editor: Yuharrani Aisyah)
Sumber: babelprov.go.id, ejournal.borobudur.ac.id, dan kompas.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.