POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com – Gelombang penolakan warga terhadap keberadaan tempat pembuangan sampah di Kecamatan Binung dan Kecamatan Tinambung, Polewali Mandar, terus meluas.
Warga yang menolak desa mereka dijadikan tempat pembuangan sampah (TPS) di Kecamatan Balanipa, misalnya, menggelar ronda malam secara bergiliran di TPS agar tak ada armada sampah yang masuk ke lokasi.
Warga menyatakan, sampah yang tidak dikelola sesuai standar pengelolaaan yang aman dan ramah lingkungan tidak hanya mencemari lingkungan permukiman dan lahan warga, namun juga menjadi sumber penyakit yang membahayakan kesehatan masyarakat setempat.
Baca juga: 20 Gajah di Sri Lanka Mati Setelah Makan Sampah Plastik
Agar bisa bertahan di TPS Laliko selama lebih dari sepekan, warga berpatungan memasok logistik berupa air minum dan makanan ringan. umumnya warga yang menggelar ronda sampah adalah kalangan anak-anak muda dan dewasa.
Sejak sepekan lebih sampah ditolak warga di TPS, jalan dan lorong permukiman di kota Polewali Mandar dan Wonomulyo langsung menggunung. Aroma sampah dan ulat akibat sampah membusuk di jalan–jalan pun tak terhindarkan.
Pemerintah sendiri hingga kini bingung mencari tempat alternatif pembuangan sampah yang aman dan ramah lingkungan.
Pasalnya, dua TPS yang ada di Polman yang selama ini jadi pusat pembuangan ditolak warga lantaran sampah-sampah yang dibuang tersebut dianggap mencemnari lingkungan.
Warga menganggap sampahnya tidak dikelola dengan baik hingga menjadi sumber penyakit dan pencemaran di lingkungan permukiman dan lahan milik warga.
Penolakan pertama dilakukan warga Desa Paku, Kecamatan Binung. Mereka menolak dan memaksa pulang setiap truk sampah yang masuk ke desa mereka.
Baca juga: Video Viral Pemuda Mainkan Bak Sampah hingga Rusak Taman, Wali Kota: Tidak Patut Dicontoh...
Warga beralasan ribuan ton sampah yang dibuang setiap hari ke desa mereka tidak dikelola dengan cara pengelolaan sampah berstandar yang aman dan ramah bagi lingkungan.
Sementara wraga Desa Laliko, Kecamatan Balanipa yang mendadak jadi pusat pembuangan sampah pun bereaksi.
Mereka juga menolak petugas dinas kebersihan yang membuang sampah di desa mereka, alasannya buangan yang tidak dikelola dengan baik tersebut tidak hanya menjadi sumber penyakit dan pencemaran lingkungan.
Seorang warga Ashari mengatakan, alasan mereka menolak keberadaan TPA di wilayahnya karena dinilai tidak layak dan dapat berdampak buruk pada lingkungan maupun kesehatan masyarakat sekitar, lantaran lokasi tps dinilai sangat dekat dnegan lokasi warga.
"Kami warga Desa Laliko menolak keberadaan TPA di wilayah kami" ujar dia.
Sikap penolakan yang dilakukan oleh warga rupanya berbanding lurus apa yang disampaikan oleh pemerintah saat menemui warga yang mengatakan TPA tak layak di Laliko.
Baca juga: Pemprov DKI Bangun Saringan Sampah Senilai Rp 197,2 Miliar, Anggota DPRD: Agar Sungai Bersih