Dalam kepanikan, anak dan cucu menuntun dirinya pergi ke lokasi yang lebih aman.
Saat itu, Mahriyeh tak kuasa menitikkan air mata teringat Miran seorang diri di ladang padi mereka.
"Waktu di pengungsian juga Emak (Mahriyeh) ini sebentar-sebentar nangis teringat Mbah (Miran)," kata Lailatul Jannah, kerabat Mahriyeh yang turut mengungsi ke Blitar.
Sejak awal, Mahriyeh tidak yakin Miran selamat dari semburan awan panas Gunung Semeru.
Terlebih, lokasi ladang mereka berimpitan dengan sungai aliran lahar. Setelah erupsi Gunung Semeru, banjir lahar mengakibatkan jembatan Gladak Perak di bagian hilir sungai itu terputus.
Selama dua hari dua malam berada di pengungsian di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Mahriyeh mendapatkan kabar bahwa Miran merupakan salah satu dari dua warga Kajarkuning yang belum ditemukan.
Kata Mahriyeh, seandainya dirinya tidak sedang sakit tentu dia tidak akan terpisahkan dari Miran.
Baca juga: 12 Rekomendasi IDAI untuk Lindungi Anak dari Bahaya Erupsi Semeru
Menantu Mahriyeh, Wagiman (60), mengatakan, dirinya sudah menginformasikan letak ladang padi dan gubuk di mana Miran berada kepada tim Search and Rescue (SAR).
"Katanya sudah dipantau lokasinya menggunakan drone tapi masih belum memungkinkan untuk mengevakuasi Bapak (Miran). Ladangnya itu memang letaknya seperti di lembah, jadi tim SAR mungkin juga belum berani ke sana," kata Wagiman.
Menurut Wagiman, bukan hanya Mahriyeh yang pagi itu meminta Miran untuk tidak menginap sementara waktu di ladang, tapi juga dirinya.
Alasannya, akhir-akhir ini curah hujan sangat tinggi. Posisi ladang dan gubuk dinilai cukup berbahaya terhadap kemungkinan terjadinya banjir lahar dingin.
Padahal untuk menuju ke ladang itu, Miran yang sudah tidak mampu lagi berdiri tegak itu harus menyeberangi sungai aliran lahar Curah Kobokan.
Anak dan cucu pasangan Mariyeh dan Miran sebenarnya sudah lama meminta keduanya untuk berhenti bekerja.
Tapi Miran maupun Mariyeh sama-sama tidak mengindahkan omongan anak dan cucunya.
"Hasil ladang itu paling juga sekali panen 10 karung. Sekitar 5 kuintal lah," kata Wagiman.
Akhirnya, mereka pun berhenti mencegah Miran dan Mariyeh bekerja.
"Mungkin Bapak dan Emak tidak mau merepotkan anak dan cucunya," tambah Wagiman.
Baca juga: Tim DVI Polri Terima 30 Jenazah Akibat Erupsi Semeru, 10 Korban Telah Diidentifikasi