‘’Sepertinya habitat mereka kian berkembang biak. Di bawah tower pemantau hujan di wilayah Mansalong, malah sudah menjadi lokasi favorit buaya. Mereka seakan menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat habitatnya. Inu juga menjadi warning bagi warga,’’tegasnya.
Hasan kembali menegaskan, wilayah pedalaman yang dikenal sebagai Dapil 3, butuh perhatian ekstra setiap musim hujan datang.
Selain itu, fenomena La Nina, menjadikan potensi bencana tersebut semakin meluas dan semakin besar.
BPBD Nunukan mencatat setiap tahunnya terjadi banjir dengan jumlah rata rata 9 kali di wilayah pedalaman.
Pada Januari 2021 lalu, BPBD bahkan menetapkan tanggap darurat akibat sekitar 6.000 KK di wilayah ini, terdampak banjir.
‘’Di satu sisi, Kabupaten Nunukan mengalami siklus banjir tahunan. Hal ini membuat masyarakat perbatasan RI – Malaysia ini lebih siap dan terbiasa sehingga memudahkan BPBD dalam evakuasi dan penindakan lainnya,’’katanya.
Berharap program hunian relokasi
Kesiapan warga pedalaman juga dibuktikan dengan adanya program hunian relokasi yang diinisiasi Desa Tagul.
Mereka menganggarkan pembangunan sejumlah rumah masyarakat sebagai lokasi relokasi. Lokasi tersebut berada di ketinggian dan tanahnya merupakan tanah desa.
‘’Langkah desa Tagul mulai diikuti oleh desa lain juga karena mereka menjadi aman dari banjir. Awalnya mereka membangun beberapa unit dan perlahan semua warga mendapat hunian relokasi yang aman dari banjir,’’jelas Hasan.
Baca juga: Viral Video Kasat Pol PP Nunukan Joget Dangdut di Tempat Karaoke, Bupati Beri Teguran
Masih kata Hasan, pembangunan tersebut menjadi program desa yang patut dicontoh bagi desa desa yang terletak di bantaran sungai.
Pasalnya, jika berbicara masalah relokasi, tentu menyangkut persoalan anggaran besar dan kesiapan lahan.
‘’Tapi kalau desa yang memiliki program tersebut, hasilnya bisa maksimal seperti program yang dilakukan Desa Tagul,’’imbuhnya.
Sementara untuk penanganan banjir di dataran tinggi Krayan, BPBD memiliki hambatan dengan jarak tempuh yang hanya bisa menggunakan pesawat dari Kabupaten Kota.
Namun, untuk kebutuhan informasi, BPBD sudah menempatkan dua personel yang bertugas memantau perkembangan cuaca disana.
Biasanya banjir di Krayan cepat surut. Hanya saja, para petugas dan relawan tetap harus melakukan evakuasi warga dan membantu mereka melewati jalanan yang tergenang banjir.
Upaya tersebut belum dihadapkan pada tantangan tanah longsor di Krayan, karena wilayah yang berbatasan darat langsung dengan Malaysia ini merupakan wilayah pegunungan.
‘’Kita BPBD memang dituntut menjadi garda depan penanganan bencana. Untuk kesigapan tersebut kami butuh banyak anggaran karena saat ini di 21 Kecamatan terdapat pos siaga bencana dan sejumlah SDM. Operasional untuk mereka menjadi hal urgent,’’katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.