Meski sudah memiliki rumah makan atau kedai untuk jualan, Syaugie mengaku tetap merawat pelanggan setianya dari daring.
Sebab mereka yang membesarkan nama Dapoer Umma hingga saat ini.
Pada Maret 2020, pandemi mulai merebak dan memukul dunia usaha.
Awal pandemi pesanan usaha makanan miliknya memang menurun. Namun rupanya penurunan hanya terjadi di dua bulan awal pandemi.
Setelah itu, penjualannya berangsur pulih berkat mengandalkan jualan online. Saat itu, ia mengaku tetap bisa menghabiskan satu ekor kecil kambing.
"Seizin Tuhan, hanya berdampak di awal saja. Penjualan onlinenya lumayan banget," kata dia.
Baca juga: Curi 30 Potong Baju di Butik Banyuwangi, Aksi Maling Terekam CCTV
Usahanya terus bertumbuh dan makin besar. Ia akhirnya memberanikan membuka rumah makan yang lebih besar setelah kondisi pandemi berangsur membaik.
Pada September 2021, dia melebarkan sayap dan pindah ke tempat yang lebih besar, di Jalan Bukit Villa Mas, Kecamatan Giri, Banyuwangi.
Restorannya didesain dengan gaya arsitektur mediterania seluas 500 meter persegi.
Restorannya kini bisa menampung hingga 100 tempat duduk. Pegawainya juga makin banyak yakni 14 orang.
Bahkan usahanya terus berkembang dan kini bisa menghabiskan satu ekor kambing besar dalam sehari. Bahkan jika ramai bisa menghabiskan tiga ekor kambing dalam sehari.
"Alhamdulillah, makan di tempat jalan pelanggan baru terus bertambah. Selain itu GoFood juga terus jalan," katanya.
Ia mengatakan setiap usaha untuk saat ini harus beradaptasi dengan memanfaatkan platform digital.
Menurutnya digitalisasi sangat membantu penjualan dan membuat usaha semakin berkembang meski di tengah pandemi.
"Kita tumbuh dan besar di online. Platform digital itu sangat membantu dan bermanfaat buat kami," katanya.
Ketua Asosiasi Kuliner, Kaos, Kerajinan, Aksesoris dan Batik (Akrab) Banyuwangi Samsudin mengatakan banyak UMKM di Banyuwangi terpukul akibat pandemi Covid-19.
Ia mengatakan sebagian besar anggota Akrab yang berjumlah 800 pendapatannya menurun sampai 40 hingga 50 persen. Bahkan ada sejumlah UKM yang harus gulung tikar.
Namun banyak juga yang masih bertahan karena beralih dan sudah mengadopsi sistem penjualan online dan jasa antar seperti Gojek.
Mereka yang bertahan terutama di bidang makanan dan kerajinan batik.
"Terutama makanan, batik, dan kerajinan, tertolong karena online. Selama ini malas belajar online sekarang harus dipaksa," kata dia.
Berbagai upaya dilakukan untuk membuat dunia UMKM terus bergeliat di tengah pandemi Covid-19. Satu di antaranya adalah konversi ke penjualan online.
Sebelum pandemi, dari seluruh anggotanya yang sudah memanfaatkan penjualan online sekitar 20 persen. Sisanya masih nyaman dengan penjualan secara konvensional atau offline.
Baca juga: Food Photography, Cara Dongrak Omzet dan Citra Produk UMKM Lewat Foto