Tidak hanya pria dewasa dan remaja, namun dalam permainan gulat okol juga memiliki kelas khusus untuk kategori anak-anak dan wanita.
"Kalau dari cerita turun-temurun, awalnya ya pria dewasa saja. Namun perkembangan zaman, itu kemudian ada kategori wanita dan anak-anak. Pastinya saya lupa, tapi saya yang sekarang usia 46 tahun, dulu saat SD sudah ikut gulat okol," tutur Saiful.
Dalam setiap gulat okol yang dimainkan, bakal melibatkan sepasang petarung secara bergantian, yang masing-masing didampingi oleh seorang pelandang (wasit).
Tak asal bermain, pertandingan gulat okol juga menerapkan sejumlah aturan untuk menghindari efek negatif.
Beberapa aturan yang tidak diperbolehkan dalam permainan gulat okol di antaranya, dilarang meninju lawan hingga mencederai lawan dengan membelitkan kaki.
Termasuk, mencengkeram lawan menggunakan kuku sehingga menyebabkan terluka. Untuk itu itu, sebelum pertandingan peserta pasti diperiksa kesiapan dan kondisinya.
"Ini tradisi turun-temurun dan sejak dulu ada, pertarungan hanya sebatas di atas ring. Tidak boleh ada dendam, selesai pertandingan ya sudah," kata Saiful.
Sebelum bertanding, peserta juga dipakaikan selendang dan ikat kepala.
Dengan arena pertandingan dibuat sedemikian rupa, sehingga warga atau penonton bisa dengan mudah melihat pertunjukan gulat okol.
Tidak lupa di atas panggung diberi pengaman berupa jerami yang dilapisi karung goni, dengan sekeliling panggung diberikan tali sebagai pembatas supaya aman.
"Gulat okol juga ada tekniknya. Saya yakin kalau sudah tahu tekniknya, pasti bisa menguasai pertandingan. Warga di sini rata-rata ya sudah tahu tekniknya, tinggal siapa yang paling jago," tutur Saiful.
Baca juga: Jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, Ini Makna dan Sejarah Tempe Mendoan
Untuk mengiringi tontonan gulat okol di atas panggung, biasanya warga Desa Setro memainkan gamelan.
Bunyi gamelan yang ditabuh, menjadi pengisi kekosongan pada saat pertandingan berlangsung di mana para pemain yang tergabung dalam grup gamelan ini, juga merupakan warga asli desa setempat.
"Para pemain gamelan sekarang sudah mulai menua, dengan remaja sekarang tidak terlalu interest, tidak seperti gulat okolnya. Makanya, ini kami juga pelan-pelan melakukan regenerasi agar nantinya tetap ada pengiring grup gamelan tetap warga kami," ucap Saiful.
Sementara untuk kostum yang dikenakan oleh pengadil di ring gulat okol, yang terlihat mirip seperti baju khas ala Madura.