Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Deden Mauli Darajat
Dosen

Dosen Jurnalistik dan Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Komunikasi dan Media (P2KM) UIN Jakarta.

Teori Hati Bidan Eros Mengabdi di Baduy

Kompas.com - 26/10/2021, 11:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ia jalani kehidupannya di tengah masyarakat suku Baduy dengan penuh kesabaran dan daya juang tinggi.

Suatu ketika, cerita bidan Eros, di tengah kesedihan dirinya saat menjalankan tuhas kesehatan di wilayah Baduy, ia diundang rapat di Kota Rangkasbitung, Ibu Kota Kabupaten Lebak. Rekan-rekannya menggunakan high heels, sementara bidan Eros mengenakan sepatu butut.

“Teman-teman saya menertawakan penampilan saya,” kenang dia.

Baca juga: Mengenal Selam Sunda Wiwitan, Kepercayaan dan Tradisi Leluhur Suku Baduy

Di tengah ujian-ujian perjuangan itu, sang suami selalu memberikannya semangat, mengingatkannya bahwa tugasnya adalah tugas yang mulia, bahwa tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama, bahwa tidak semua orang mau dan mampu mengemban tugas ini.

Tak urung, pernah pula ia berpikir untuk menyerah dan meminta pindah tugas. Namun, pikiran itu ia urungkan.

Bekerja dengan penuh ikhlas dan tanggungjawab yang dilakukan bidan Eros kemudian terdengar juga oleh banyak orang.

Suatu ketika ada fotografer yang mengambil gambar bidan Eros saat bekerja di tengah masyarakat suku Baduy. Ternyata, sang fotografer itu adalah jurnalis yang bekerja di media nasional.

Berita tentang perjuangan bidan Eros terpublikasi di media-media nasional. Namanya mulai dikenal publik.

Dia pun diundang ke beberapa stasiun televisi. Selain itu, ia juga diundang ke berbagai daerah di Indonesia bercerita tentang perjuangannya.

Kejutan setelah dua tahun menangis

Suatu ketika, cerita bidan Eros, direktur JNE menghubunginya. Ia ditanya tentang Tiki dan JNE.

Dia jawab lempang saja, “Saya tidak tahu apa itu Tiki, apa itu JNE.”

Ternyata, ia diminta datang ke kantor pusat JNE di Jakarta. Ia berangkat dari rumah bersama suaminya pada pukul dua dini hari menumpang mobil pengangkut sayuran dari Ciboleger menuju Rangkasbitung.

Dari Rangkasbitung ke Jakarta ia menggunakan kereta api. Di stasiun Tanah Abang, Jakarta, ia bertemu dengan direktur JNE.

 

Dengan menggunakan mobil, direktur JNE beserta bidan Eros dan suaminya menuju kantor pusat JNE. Saat masuk kantor JNE, bidan Eros melihat sebuah mobil dengan bubuhan tulisan "Mobil Kemanusiaan Bidan Eros Rosita".

“Saya kaget. Saya gemetar. Nyaris tidak percaya,” ungkap wanita paruh baya tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com