Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Deden Mauli Darajat
Dosen

Dosen Jurnalistik dan Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Komunikasi dan Media (P2KM) UIN Jakarta.

Teori Hati Bidan Eros Mengabdi di Baduy

Kompas.com - 26/10/2021, 11:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MATAHARI hampir tergelincir saat kami tiba di rumah bidan di kawasan terminal Ciboleger, di area permukiman suku Baduy, Leuwidamar, Lebak, Banten.

Kedatangan kami, jelang maghrib itu, disambut hangat oleh sang bidan yang sebagian besar hidupnya didedikasikan untuk kemanusiaan.

Kedatangan kami ke Ciboleger adalah untuk keperluan penelitian tentang pandemi Covid-19 di wilayah Baduy.

Namun, tulisan ini bukan tentang hasil penelitian yang sedang kami lakukan. Tulisan ini berkisah tentang sang bidan yang mengabdikan diri untuk warga Baduy.

Kisah bidan Eros

Adalah Eros Rosita yang bekerja sebagai bidan di kawasan suku Baduy sejak 1994. Bidan Eros, biasa ia disapa. 

Terhitung sejak 27 tahun lalu ia mendapatkan surat keputusan (SK) bekerja di wilayah Baduy hingga saat ini. Meski, pengangkatan dirinya menjadi pegawai negeri sipil (PNS) baru ia terima enam tahun kemudian, yaitu pada 2000.

Kisah perjalanannya pun tak mulus. “Dua tahun saya menangis,” ungkap bidan Eros.

Selama dua tahun pertama ia menangis sedih karena masyarakat Baduy Dalam tidak menerima kehadirannya. Bahkan, ia tidak mengharapkan apa pun lagi selain bahwa warga Baduy mau diajak berkomunikasi tentang kesehatan.

Baca juga: Pengabdian Bidan Eros, sejak 1997 Bantu Persalinan Warga Baduy

Waktu itu, misalnya, tiap kali ia hendak menyosialisasikan tentang kesehatan maka warga Baduy, terutama Baduy Dalam, menghindarinya.

“Ada sebagian yang bersembunyi di balik pintu rumah mereka,” cerita bidan Eros.

Bidan Eros bertutur, ia masuk ke wilayah Baduy Dalam pada setiap pagi hari. Dia berjalan kaki puluhan kilometer. Ini karena memang tidak boleh berkendara di wilayah Baduy Dalam.

Rutinitas itu bertujuan sosialisasi tentang kesehatan. Pada masa-masa awal tugasnya, tiap kali dia pulang tanpa hasil.

Memanusiakan manusia

Ia sedih. Ia menangis. Lalu suaminya akan menenangkannya. Pun ayahnya tak lelah mendukung dan memberikan semangat.

“Tugasmu itu adalah memanusiakan manusia,” pesan ayah bidan Eros untuknya.

Lama sekali ia berpikir tentang pesan tersebut. Waktu itu ia tidak memahami pesan tentang "memanusiakan manusia".

Ia jalani kehidupannya di tengah masyarakat suku Baduy dengan penuh kesabaran dan daya juang tinggi.

Suatu ketika, cerita bidan Eros, di tengah kesedihan dirinya saat menjalankan tuhas kesehatan di wilayah Baduy, ia diundang rapat di Kota Rangkasbitung, Ibu Kota Kabupaten Lebak. Rekan-rekannya menggunakan high heels, sementara bidan Eros mengenakan sepatu butut.

“Teman-teman saya menertawakan penampilan saya,” kenang dia.

Baca juga: Mengenal Selam Sunda Wiwitan, Kepercayaan dan Tradisi Leluhur Suku Baduy

Di tengah ujian-ujian perjuangan itu, sang suami selalu memberikannya semangat, mengingatkannya bahwa tugasnya adalah tugas yang mulia, bahwa tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama, bahwa tidak semua orang mau dan mampu mengemban tugas ini.

Tak urung, pernah pula ia berpikir untuk menyerah dan meminta pindah tugas. Namun, pikiran itu ia urungkan.

Bekerja dengan penuh ikhlas dan tanggungjawab yang dilakukan bidan Eros kemudian terdengar juga oleh banyak orang.

Suatu ketika ada fotografer yang mengambil gambar bidan Eros saat bekerja di tengah masyarakat suku Baduy. Ternyata, sang fotografer itu adalah jurnalis yang bekerja di media nasional.

Berita tentang perjuangan bidan Eros terpublikasi di media-media nasional. Namanya mulai dikenal publik.

Dia pun diundang ke beberapa stasiun televisi. Selain itu, ia juga diundang ke berbagai daerah di Indonesia bercerita tentang perjuangannya.

Kejutan setelah dua tahun menangis

Suatu ketika, cerita bidan Eros, direktur JNE menghubunginya. Ia ditanya tentang Tiki dan JNE.

Dia jawab lempang saja, “Saya tidak tahu apa itu Tiki, apa itu JNE.”

Ternyata, ia diminta datang ke kantor pusat JNE di Jakarta. Ia berangkat dari rumah bersama suaminya pada pukul dua dini hari menumpang mobil pengangkut sayuran dari Ciboleger menuju Rangkasbitung.

Dari Rangkasbitung ke Jakarta ia menggunakan kereta api. Di stasiun Tanah Abang, Jakarta, ia bertemu dengan direktur JNE.

Beberapa penduduk Baduy Dalam sedang berada di Kampung Balingbing (Baduy Luar), Desa Adat Baduy atau Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, Sabtu (17/2/2018).KOMPAS.com/ANGGITA MUSLIMAH Beberapa penduduk Baduy Dalam sedang berada di Kampung Balingbing (Baduy Luar), Desa Adat Baduy atau Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, Sabtu (17/2/2018).

 

Dengan menggunakan mobil, direktur JNE beserta bidan Eros dan suaminya menuju kantor pusat JNE. Saat masuk kantor JNE, bidan Eros melihat sebuah mobil dengan bubuhan tulisan "Mobil Kemanusiaan Bidan Eros Rosita".

“Saya kaget. Saya gemetar. Nyaris tidak percaya,” ungkap wanita paruh baya tersebut.

Perjuangan yang tidak pernah ia perhitungkan itu ternyata ada Allah Yang Maha Menghitung. Allah membalas dengan apa yang tidak pernah ia pikirkan. Bahwa Allah memberikan kejutan yang tak pernah terduga.

Setelah perjuangan dua tahun dengan penuh air mata, barulah kemudian warga Baduy dapat menerimanya. Berangsur-angsur. Kepercayaan pun mulai tumbuh.

Teori hati

Kini, masyarakat Baduy, baik Baduy Luar maupun Baduy Dalam, jika membutuhkan layanan kesehatan datang ke klinik yang juga adalah rumah bidan Eros. 

Dokter Firman, dokter yang bertugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, mengatakan bahwa bidan Eros adalah sosok yang menginspirasi banyak orang. Bidan Eros, menurut Firman merupakan bidan koordinator dan perintis pengobatan masyarakat Baduy.

“Ia mengader delapan bidan lainnya untuk menangani masyarakat Baduy, karena keterbatasan akses geografis dan batasan adat,” ujar anggota satgas Covid-19 Kabupaten Lebak tersebut.

Penghargaan dan bantuan yang didapat, kata Firman, adalah pengakuan atas pengabdian bidan Eros.

“Penghargaan ini karena bidan Eros berhasil mengakses layanan kesehatan masyarakat Baduy,” ungkap dokter yang juga sedang menempuh studi ilmu hukum tersebut.

Baca juga: Baduy Kembali

Saat kami tanya mengapa tetap bertahan di suku Baduy selama hampir tiga dekade, bidan Eros mengungkapkan bahwa ia kemudian memahami dan mengerti arti "memanusiakan manusia" yang dipesankan bapaknya.

"Bekerja dengan hati. Bekerja dengan semangat. Bekerja dengan ikhlas. Bekerja untuk kemanusiaan," ungkap dia.

Bidan Eros lalu menyebut pemahamannya soal "memanusiakan manusia" itu sebagai: teori hati.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com