LEBAK, KOMPAS.com - Masyarakat Suku Baduy yang mendiami pegunungan Kendeng di pedalaman Kabupaten Lebak menyimpan banyak misteri yang belum terungkap.
Banyak yang penasaran dengan hal-hal terkait Baduy, termasuk apa agama yang dianutnya.
Kompas.com menemui Sarpin, salah satu tokoh di Baduy Luar dan juga bertugas di Desa Kanekes sebagai Kepala Urusan Pemerintah.
Baca juga: Warga Baduy Dalam Mulai Divaksin, Menkes: Masyarakat Adat Memiliki Hak yang Sama
Darinya, banyak informasi yang didapatkan terkait agama yang dianut oleh warga Suku Baduy.
Sarpin memberi tahu bahwa warga Suku Baduy tidak menerapkan tulis-menulis.
Dalam kepercayaan mereka, lisan lebih dulu ada dibanding tulisan.
Sehingga, tidak ada bukti fisik atau tulisan yang bisa dibaca atau dilihat terkait agama warga Suku Baduy.
Namun, turun-temurun lisan yang diucapkan dari orangtua yang diwariskan para leluhur, kata Sarpin, warga Baduy menganut kepercayaan Selam Sunda Wiwitan.
"Apa itu Selam Sunda Wiwitan?, Selam itu ritualnya, Wiwitan itu titipan leluhur, Sundanya dari suku, itu sepengetahuan saya," kata Sarpin saat ditemui di kediamannya, Kampung Balimbing, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.
Dalam Sunda Wiwitan, lanjutnya, warga Suku Baduy harus melewati tradisi Selam sebagai syarat ketika akan beranjak dewasa.
Selam adalah tradisi khitan atau sunat untuk untuk kaum laki-laki, sementara untuk perempuan tradisi serupa bernama meperan.
"Jadi harus di-selamkan, disunat untuk laki-laki ketika usia 3-7 tahun," ujar Sarpin.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.