Keinginan Khalid menjadikan tempat ini sebagai destinasi wisata juga karena kampung tersebut merupakan sentra kerajinan. Mayoritas warga setempat memiliki kerajinan dari kerang hingga kayu.
Ia ingin masyarakat sekitar semakin berdaya dengan dijadikannya lokasi pesisir itu sebagai destinasi wisata. Gayung bersambut, kiprah Khalid juga mendapat sambutan Pemkab Situbondo, terutama dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
Pada 2016, sejumlah sarana wisata mulai dibangun di kampung tersebut, seperti jogging track menuju hutan mangrove hingga tempat tinggal burung blekok. Pada 2019, destinasi wisata ini diresmikan dan bisa dikunjungi masyarakat.
Karena keindahan dan keunikan wisata itu, kampung blekok langsung mendapat apreasiasi.
“Bahkan kami langsung dapat penghargaan nomor satu anugrah wisata Jatim,” tambah dia.
Baca juga: Duduk Perkara Warga Situbondo Hancurkan Peti Jenazah Pasien Covid-19, Tolak Pemakaman Prokes
Tak hanya itu, wisata ini juga masuk 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.
Khalid mengaku, ekowisata tersebut mampu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat sekitar. Sebab, warga turut dilibatkan mengelola wisata tersebut. Selain itu, kerajinan lebih mudah dipasarkan bagi wisatawan.
Ada 11 jenis burung air dan 16 jenis mangrove
Kasi Pemeliharaan Lingkungan dan Hutan DLH Situbondo Ranti Seta menambahkan, Kampung Blekok menjadi terkenal juga karena peran komunitas fotografi yang suka memotret burung blekok. Keberadaan burung itu menjadi sorotan lensa para fotografer.
Apalagi, terdapat 11 jenis burung air dengan jumlah sekitar 15.000 ekor di lokasi wisata itu. Selain itu, lokasi wisata itu memiliki 16 jenis mangrove.
Dinas Lingkungan Hidup Situbondo juga berusaha menjaga burung jauh dari aktivitas manusia.
“Kami bersama komunitas yang lain bikin acara untuk pembersihan kawasan,” tambah dia.