SITUBONDO, KOMPAS.com – Ekowisata Kampung Blekok di Dusun Pesisir, Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Situbondo, Jawa Timur, sudah menjadi rujukan wisatawan.
Setiap hari, wisatawan dari berbagai daerah selalu ramai mengunjungi destinasi wisata itu.
Lokasi wisata ini terletak di jalur pantai utara (Pantura), dekat dari pusat kota Situbondo, sekitar sembilan kilometer. Waktu jarak tempuh hanya sekitar 20 menit dari Situbondo.
Wisatawan hanya merogoh kocek sebesar Rp 5.500 untuk tiket masuk.
Meski masih baru, destinasi wisata ini sudah memiliki daya tarik yang kuat. Sebab, memiliki ribuan burung air di dalamnya.
Mulai dari jenis blekok sawah atau Ardeola speciosa, kuntul kecil atau Egretta garzetta, kuntul kerbau atau Bubulcus ibis, cangak abu atau Ardea cinerea, cangak merah atau Ardea purpurea, kokoan laut atau Ibutorides striatus dan jenis lainnya.
Tak heran, banyak yang datang agar bisa melihat burung blekok di tempat tersebut. Namun, berbagai burung tersebut hanya bisa dilihat pagi dan sore hari.
Baca juga: Melihat Desa Wisata Kampung Patin di Riau, Tiada Rumah Tanpa Kolam Ikan
“Kalau siang tidak ada, biasanya saat jelang matahari terbenam,” kata ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Blekok Kholid Maulana kepada Kompas.com saat ditemui di rumahnya, Minggu (17/10/2021).
Tak hanya itu, destinasi wisata ini memiliki panorama alam yang indah karena terletak di pesisir pantai.
Hutan mangrove sudah dikelola dengan baik. Bahkan, nelayan juga menyediakan perahu wisata untuk menikmati keindahan Kampung Blekok.
Sejarah awal jadi kampung wisata
Sebelum menjadi destinasi wisata, kampung blekok merupakan kawasan pesisir pantai yang tidak dikelola dengan baik. Bedanya, tempat ini memiliki ribuan burung air yang menetap di sana. Satwa itu sempat terusik oleh para pemburu dari luar kampung.
“Awalnya ada yang berburu dari luar kampung, kami merasa prihatin,” jelas Khalid.
Tak hanya itu, tempat itu juga dihuni kawanan monyet liar. Monyet ini kerap masuuk ke perkampungan dan mengganggu warga.
Khalid yang sejak kecil sudah tinggal di sana merasa perlu menjaga kelestarian lingkungan pesisir tersebut. Akhirnya, ia mulai menggagas kelompok sadar wisata (Pokdarwis) pada 2015.
Tujuan membentuk kelompok sadar wisata itu agar satwa kelestarian satwa di wilayah itu tetap terjaga.
“Kalau burung air lagi berkumpul di atas ranting, seperti bunga melati,” jelas dia.