Sejak saat itu, warga di pelosok Kabupaten Bogor mulai berbondong-bondong menyimpan dana di tempat I alias Iwong ini.
"Gara-gara itu warga banyak yang menjual tanah, mobil, karena berharap bisa mendapat uang dalam waktu cepat. Jadi warga di sana percaya karena ada bukti keuntungan 40 persen yang didapat dari keluarga tersangka, akhirnya mereka ikut juga investasi itu," ujar Handreas.
Kemudian, pada Juli 2020, menurut Handreas, tersangka membuat salah satu manajemen atau koperasi untuk mengelola keuangan, lantaran sudah terlalu banyak nasabah atau warga yang mendaftar.
Setidaknya, ada empat orang yang ditunjuk sebagai pengelola dalam manajemen investasi simpanan tersebut.
Namun, belakangan investasi fiktif berkedok uang tabungan itu terhenti karena I alias Iwong selalu mengalami kekalahan saat main trading saham online di aplikasi Binomo.
Namun, tersangka kembali menghimpun dana dari warga lainnya dengan modus baru atau investasi arisan dan sembako.
Uang yang terkumpul kemudian digunakan untuk membayar profit yang dijanjikan kepada nasabah sebelumnya.
I alias Iwong melakukan perubahan teknis pemberian keuntungan yang tadinya diberikan setiap awal bulan, kini menjadi setiap 3 bulan sekali.
Dia juga mengubah kuitansi atau tanda bukti investasi yang diberikan kepada para nasabah.
"Jadi dia buat 2 program, pertama investasi tabungan uang yang korbannya 837. Kemudian program arisan sembako yang korbannya 100 orang. Total kerugian Rp 23 miliar. Kalau dirinci untuk investasi tabungan itu kerugiannya Rp 15 miliar, kemudian untuk kerugian investasi arisan dan sembako itu senilai Rp 7,5 miliar," kata dia.
Seiring berjalannya waktu, tersangka akhirnya sudah tak bisa lagi merealisasikan keuntungan kepada para warga.
Begitu juga modal investasi yang tidak pernah dikembalikan.
Para nasabah kemudian sadar bahwa mereka telah dikelabui oleh tersangka.
Ratusan korban ini akhirnya melaporkan kasus tersebut ke Polres Bogor.
Handreas mengatakan, tidak menutup kemungkinan jumlah tersangka bertambah lebih banyak lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.