Jika tidak bisa membeli, warga harus jalan kaki ke mata air War Puat yang berada di utara dusun.
“Kalau tidak bisa beli, yah, terpaksa jalan kaki pergi ambil air. Jalan kaki sejauh 4 kilometer menuju mata air,” ungkapnya.
Namun, perjalanan dari dan menuju ke sana tidak mudah. Warga Dusun Natarita harus melewati jalan terjal.
Baca juga: Kemarau Masih Panjang, Stok Air Bersih di Semarang Tersisa 150.000 Liter
Ketika sampai rumah, seringkali air yang mereka bawa berkurang lantaran dipakai untuk minum selama perjalanan.
“Kita pikul melalui jalan rusak dan terjal. Jadinya sampai di rumah, dari 20 liter sisa 15. 5 liternya kita minum di tengah jalan. Itu tadi, jalannya jauh," bebernya.
Atas kondisi ini, Ento berharap pemerintah memberi perhatian. Pasalnya, air merupakan kebutuhan pokok.
“Kita merindukan air masuk di depan rumah. Kita timba air langsung di keran seperti di wilayah lainnnya,” tuturnya.
Baca juga: Nasib SD di Jambi, Setelah 76 Tahun Indonesia Merdeka, Listrik Tak Ada, Air Bersih Pun Susah
Yulius, sang kepala dusun, memiliki harapan serupa agar ratusan warganya bisa mudah mendapat air bersih.
"Mungkin Pemda ada program atau alat yang bisa mengaliri air dari tempat yang rendah ke yang tinggi. Karena di sini ada mata air, tetapi di berada di bawah dari wilayah pemukiman,” sebutnya.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Maumere, Nansianus Taris | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.