Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situs Lasem Gresik dan Kisah Mbah Jek, Tokoh Penarik Pajak di Zaman Majapahit

Kompas.com - 09/09/2021, 10:26 WIB
Hamzah Arfah,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

GRESIK, KOMPAS.com - Salah satu peninggalan bersejarah yang ada di Kabupaten Gresik adalah Situs Lasem.

Disebut demikian, sebab situs ini terletak di Desa Lasem, yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Sidayu.

Berbeda dengan peninggalan-peninggalan sejarah lain yang ada di Gresik, belum banyak budayawan maupun pemerhati sejarah yang melakukan penelitian secara mendalam mengenai situs ini.

Sehingga belum dapat diketahui secara detail alur sejarahnya.

Baca juga: Mengintip Situs Sumberbeji, Petirtaan Megah Peninggalan Majapahit Abad ke-14

Sosok Mbah Jek

Warga desa setempat percaya, bahwa Situs Lasem merupakan bagian dari sejarah Kerajaan Majapahit yang sempat tersohor pada masanya.

Tidak jauh dan berada di luar Situs Lasem, terdapat cungkup yang diyakini oleh warga setempat sebagai makam Mbah Jek.

Mbah Jek merupakan sesepuh desa yang juga menjadi sosok penarik pajak pada era Majapahit.

"Cerita yang saya dapat turun-temurun, di sini dulunya itu tanah perdikan. Yakni, tanah bebas pajak karena di tempati oleh Mbah Jek, penarik pajak di sepanjang kawasan Pantura untuk disetor kepada Kerajaan Majapahit pada zaman dulu," ujar juru kunci Situs Lasem Muhammad Muchid (56).

Lantaran menjadi tempat tinggal Mbah Jek, maka kawasan Lasem dibebaskan dari upeti sebagai bentuk penghargaan dari Kerajaan Majapahit.

Sementara Mbah Jek, semasa hidupnya, merupakan penarik upeti bagi Kerajaan Majapahit di wilayah Pantura yang saat ini menjadi Kabupaten Gresik dan Lamongan.

Baca juga: Monumen Bajra Sandhi: Merawat Ingatan Perjuangan Kemerdekaan RI di Bali

Makam yang diyakini sebagai tempat persemayaman Mbah Jek, tokoh penarik pajak pada era Kerajaan Majapahit di komplek Sentono, Situs Lasem.KOMPAS.COM/HAMZAH ARFAH Makam yang diyakini sebagai tempat persemayaman Mbah Jek, tokoh penarik pajak pada era Kerajaan Majapahit di komplek Sentono, Situs Lasem.

Hilangnya sebuah prasasti kunci

Muchid yang mengaku meneruskan ibunya sebagai juru kunci Situs Lasem tidak menampik, jika sudah ada beberapa orang yang berniat melakukan penelitian mengenai sejarah situs ini.

Namun mereka rata-rata kesulitan saat coba mengungkap detail sejarah, lantaran minimnya acuan dan petunjuk yang didapatkan di sekitar lokasi.

"Pada sekitar tahun 1976 itu sempat ditemukan prasasti, seperti meja bundar dengan di baliknya itu terdapat tulisan jawa kuno, sansekerta. Tapi sewaktu saya masih kecil, saat orde baru, prasasti itu dibawa orang. Ngomongnya petugas dari Jakarta, tapi kini malah hilang tidak ditemukan," kata Muchid.

Warga dan pihak desa setempat, jelas Muchid, sudah coba mencari keberadaan prasasti tersebut di beberapa musem dan tempat bersejarah yang ada di Jawa.

Namun hasilnya nihil. Hingga kini mereka belum berhasil menemukan prasasti yang dimaksud.

"Waktu itu juga tidak ada dokumentasi sama sekali, jadi sulit juga untuk melacaknya. Kalau prasasti itu ditemukan, mungkin bisa diungkap cerita mengenai Lasem secara runtut (detail)," tutur Muchid.

Baca juga: Mengenal Reti Iyang, Kuburan Batu Megalitikum dengan Relief Ikan di Sumba Timur dan Kisah Umbu Mehanguru Mehataku

 

Tumpukan batu di Situs Lasem yang berada di area komplek Ndalem, yang diduga kuat bekas masjid kuno.KOMPAS.COM/HAMZAH ARFAH Tumpukan batu di Situs Lasem yang berada di area komplek Ndalem, yang diduga kuat bekas masjid kuno.
Menurut Muchid, awalnya prasasti itu ditemukan oleh warga seperti batu telungkup, yang berada dalam area pagar kuno.

Oleh warga kemudian dipecah, sehingga tampak tulisan jawa kuno.

Temuan ini kemudian dilaporkan oleh warga ke kantor dinas terkait, dan sempat dilakukan ekskavasi pada tahun 1980-an.

Adapun dalam tulisan jawa kuno tersebut, salah satunya diketahui menyebut nama Mbah Jek.

Baca juga: Ritual Barong Wae di Manggarai, Harmonisasi dengan Sang Pencipta, Alam, Leluhur, dan Roh Penjaga Mata Air

Situs Lasem berada di lahan berukuran 50 meter persegi.

Di dalamnya, terdapat pagar batu berkeliling yang tertata secara rapi.

Pada beberapa ornamen batu tersebut, terdapat coretan tulisan jawa kuno dan juga gambar relief, sekilas terlihat mirip dengan tokoh yang ada pada pewayangan.

Di sebelah utara berbatasan lapangan voli dan sepakbola, arah timur berbatasan dengan kompleks makam umum desa setempat dan juga kuburan Mbah Jek.

Sementara di sebelah barat, berbatasan dengan lahan milik warga, dan selatan berbatasan dengan sebuah mushalla serta akses jalan masuk.

Beberapa makam kuno yang ada di komplek Sentono pada Situs Lasem, yang tampak masih terawat.KOMPAS.COM/HAMZAH ARFAH Beberapa makam kuno yang ada di komplek Sentono pada Situs Lasem, yang tampak masih terawat.

Terdapat dua kategorisasi dalam situs Lasem yakni, kompleks Ndalem dan Sentono.

Pada kompleks Ndalem, terdapat pagar batu dengan relief, bekas struktur masjid kuno, sumur tua, tempat mencuci atau membersihkan diri, makam kuno, serta pohon besar menjulang yang oleh warga dikenal sebagai pohon dandu.

Sementara pada komplek Sentono, selain makam cungkup Mbah Jek dan makam panjang, juga terdapat beberapa kuburan kuno.

Di antaranya ada yang beberapa sudah bercampur dengan makam warga desa setempat.

"Kalau melihat dari struktur batu yang ada di sana, sepertinya sempat di tempati beberapa dinasti. Tapi terkenalnya itu zaman Kerajaan Majapahit, dibuat seperti layaknya kantor pajak oleh tokoh yang dikenal sebagai Mbah Jek," ujar Hasan Shadiq, tokoh masyarakat yang mengaku mengikuti sejarah Situs Lasem.

Baca juga: GNI Gresik, Saksi Bisu Sejarah, Simbol Gotong Royong Masyarakat yang Sempat akan Dibongkar

Namun Hasan masih menyimpan sebuah keyakinan dalam hatinya, jika Situs Lasem berumur lebih tua dari perkiraan banyak orang, yang meyakini situs ini ada sejak masa Majapahit.

Kendati Hasan mengakui, hingga saat ini belum bisa membuktikan apa yang diyakini olehnya tersebut.

"Kalau prasasti itu ditemukan, mungkin bisa lain ceritanya. Sudah sempat dicari, tapi sampai saat ini belum ditemukan," tutur Hasan, yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Camat (Sekcam) Sidayu.

Makam Mbah Jek terlihat dikelilingi pagar yang tersusun dari batu karang berbentuk bulat, berdenah persegi empat panjang membujur barat timur.

Panjangnya sekitar 9,05 meter, lebar 6,55 meter dan tinggi 92 sentimeter.

Baca juga: Tanean Lanjhang, Rumah Adat Madura, Simbol Kuatnya Kekerabatan dan Keharmonisan Cinta

 

Tulisan yang terpasang di salah satu sudut Situs Lasem, yang menyakini situs sudah ada sebelum zaman Kerajaan Majapahit.KOMPAS.COM/HAMZAH ARFAH Tulisan yang terpasang di salah satu sudut Situs Lasem, yang menyakini situs sudah ada sebelum zaman Kerajaan Majapahit.
Kepala Desa Lasem, Khoiri menuturkan, sosok Mbah Jek sejauh ini memang menjadi tokoh utama dalam cerita Situs Lasem Sidayu Gresik.

Namun, cerita dalam sejarah yang berkembang masih cukup terbatas, lantaran prasasti yang dianggap bisa menjadi kunci belum ditemukan hingga kini.

"Kami sudah berusaha, tapi memang belum ditemukan di mana prasasti itu. Bahkan sudah coba kami cari di beberapa kota, juga belum ketemu," ujar Khoiri.

Selama ini, jelas Khoiri, cerita yang berkembang di lingkungan masyarakat hanya berasal dari tutur turun-temurun dari generasi sebelumnya.

Belum ada yang secara tuntas membahasnya, karena terbentur hilangnya kepingan bukti pendukung.

"Cerita dari orang-orang tua, dari sesepuh desa, namun antara satu cerita dengan lainnya itu kadang tidak nyambung (tidak sinkron). Makanya, andai saja prasasti itu ditemukan dan berhasil diterjemahkan, bisa jadi ceritanya akan lebih lengkap. Sejauh ini, ya sekedar Mbah Jek saja," tutur Khoiri.

Cagar budaya

Pada halaman resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gresik, juga sempat diulas secara singkat mengenai Situs Lasem yang berada di Kecamatan Sidayu.

Diterangkan, bila Situs Lasem merupakan salah satu cagar budaya peninggalan era Kerajaan Majapahit sekitar abad ke-13, yang kini berada di bawah pengawasan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan.

Tokoh utama pada situs Lasem adalah Mbah Jek, yang dipercaya merupakan sosok pejabat penarik pajak yang di tempatkan oleh raja Majapahit untuk mengelola pajak di wilayah Sidayu dan sekitarnya.

Hasil penarikan pajak itu kemudian disetorkan untuk Kerajaan Majapahit.

"Setahu saya, Situs Lasem itu peninggalan zaman Kerajaan Majapahit. Dengan tokohnya itu Mbah Jek, penarik pajak bagi Kerajaan Majapahit untuk wilayah Pantura," kata arkeolog BPCB Trowulan Wicaksono Dwi Nugroho, saat dihubungi.

Wicaksono menjelaskan, Kerajaan Majapahit pada saat itu membutuhkan 'perwakilan' guna membantu mengontrol wilayah kekuasaan mereka yang cukup luas.

Terlebih, pesisir Pantura merupakan jujukan bagi kapal-kapal dagang pada masa tersebut.

"Waktu itu, Pantura kan sudah ramai aktivitas perdagangan, banyak kapal yang bongkar-muat. Mulai dari pelabuhan Gresik sekarang sampai Paciran-Brondong di Lamongan itu ramai, makanya kemudian ditunjuklah Mbah Jek guna menarik upeti atau pajak bagi Kerajaan Majapahit," tutur Wicaksono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sosok Supriyanto Pembunuh Kekasih di Wonogiri, Residivis Kasus Pembunuhan dan KDRT

Sosok Supriyanto Pembunuh Kekasih di Wonogiri, Residivis Kasus Pembunuhan dan KDRT

Regional
Dorong Pemberdayaan Keluarga, Pj Ketua TP-PKK Sumsel Lantik Ketua Pembina Posyandu Kabupaten dan Kota Se-Sumsel

Dorong Pemberdayaan Keluarga, Pj Ketua TP-PKK Sumsel Lantik Ketua Pembina Posyandu Kabupaten dan Kota Se-Sumsel

Kilas Daerah
Di Hadapan Mendagri Tito, Pj Agus Fatoni Sebut Capaian Ekonomi di Sumsel Sudah Baik

Di Hadapan Mendagri Tito, Pj Agus Fatoni Sebut Capaian Ekonomi di Sumsel Sudah Baik

Regional
Bea Cukai Yogyakarta Berikan Izin Tambah Lokasi Usaha ke Produsen Tembakau Iris

Bea Cukai Yogyakarta Berikan Izin Tambah Lokasi Usaha ke Produsen Tembakau Iris

Regional
Blusukan ke Rusun Muara Baru, Gibran: Salah Satu Tempat yang Paling Padat

Blusukan ke Rusun Muara Baru, Gibran: Salah Satu Tempat yang Paling Padat

Regional
Pura-pura Servis Jam, Pasutri di Semarang Sikat HP Samsung S23 Ultra

Pura-pura Servis Jam, Pasutri di Semarang Sikat HP Samsung S23 Ultra

Regional
4 Kapal Ikan di Cilacap Terbakar, Kerugian Capai Miliaran Rupiah

4 Kapal Ikan di Cilacap Terbakar, Kerugian Capai Miliaran Rupiah

Regional
3.617 Wajib Pajak Magelang Gratis PBB, Berikut Syaratnya

3.617 Wajib Pajak Magelang Gratis PBB, Berikut Syaratnya

Regional
Saat Doa Ibu Mengiringi Pratama Arhan Bertanding...

Saat Doa Ibu Mengiringi Pratama Arhan Bertanding...

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam Berawan

Regional
Viral Keluhan Soal Kenaikan UKT Unsoed, Mahasiswa Merasa Ditodong

Viral Keluhan Soal Kenaikan UKT Unsoed, Mahasiswa Merasa Ditodong

Regional
Utang Pelanggan PDAM Magelang Capai Rp 150 Juta, Banyak Rumah Kosong

Utang Pelanggan PDAM Magelang Capai Rp 150 Juta, Banyak Rumah Kosong

Regional
Kronologi Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dicekik dengan Sabuk dan Dipukul Batu

Kronologi Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dicekik dengan Sabuk dan Dipukul Batu

Regional
Kepala LKPP Pastikan Belanja Pemerintah Prioritaskan PDN dan UMKK

Kepala LKPP Pastikan Belanja Pemerintah Prioritaskan PDN dan UMKK

Regional
Penyelidikan Dugaan Korupsi Payung Elektrik Masjid Raya Annur Riau Dihentikan

Penyelidikan Dugaan Korupsi Payung Elektrik Masjid Raya Annur Riau Dihentikan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com