Tiga anaknya itu anak nomor 1, 3 dan 4. Untuk anak nomor 2 tinggal bersama keluarga Sumini di Padukuhan Piyuyon, Kalurahan Pacarejo, Kapanewon Semanu.
Anak nomor 1 pun sering tinggal bersama neneknya yang tak jauh dari rumah yang ditempatinya saat ini.
Anak nomor 3 sebenarnya juga sering tinggal di Padukuhan Piyuyon. Namun, saat ini karena tengah sekolah daring siswa SMP kelas VII ini tinggal bersamanya.
Setiap hari, Ngadiono harus meminjam gawai saudaranya untuk mengirimkan tugas anaknya.
"HP ini dulu beli Rp 250.000, ya karena HP lama kadang sulit mengirim tugas anak, kadang harus pinjam ke saudara untuk mengirim tugas," kata Ngadiono.
Sejatinya tanah yang ditempati merupakan milik ibu kandung Ngadiono, namun sudah diwariskan ke anak yang lain.
Ngadiono sendiri sebetulnya sudah memiliki rumah, dan pada tahun 2006 lalu, akibat gempa bumi dibangunkan oleh CSR.
Namun karena dililit utang, dirinya menjual rumah dan tanah kepada adik kandungnya.
Lokasi kandang yang mereka tempati saat ini rawan bencana karena berada di tepi sungai Oya. Mereka menyadari bahaya jikaair sungai meluap, namun tak ada pilihan lainnya.
"2012 itu saya merantau ke Bangka bekerja di perkebunan sawit. Tahun 2013 istri saya dan dua anak menyusul," kata Ngadiono.
"Kerja di sana untuk membayar utang, karena utang saya banyak," kata dia.
Sebalum merantau, pekerjaan Ngadiono sebagai tukang sablon. Sementara istrinya sebagai penjual sayur. Karena manajemen tidak bagus, keluarga ini terjerat utang rentenir atau bank harian hingga puluhan juta. Belum lagi utang dari bank kovensional, sehingga Ngadiono harus rela menjual rumah dan tanah warisan untuk membayar.
"Akhirnya pulang ke sini tahun 2018 saya tinggal di gubuk tengah hutan itu," kata dia.
Sumini menambahkan, selama ikut suami kerja di Bangka Belitung dirinya dan suami kerja sebagai buruh harian di perusahaan sawit. Setiap hari Ngadiono dibayar Rp 50.000 sementara dirinya Rp 40.000. Hasil yang dirasakan cukup kecil hidup di perantauan dirinya pun memilih untuk pulang kampung.
Dukuh Kedungranti Tukiyarno mengatakan, keluarga ini meski sudah merantau beberapa tahun namun masih terdaftar sebagai warga Kedungranti.