PONTIANAK, KOMPAS.com – Di bawah terik matahari, Rusdi melompat ke dalam sebuah kolam berdiameter sekitar 1,5 meter.
Kolam itu masih seukuran bahu tubuhnya. Dengan bermodalkan ember dan cangkul, dia perlahan memperdalam kolam itu hingga secapaian ujung jarinya.
Kolam tersebut adalah satu di antara puluhan kolam yang dibuat di kawasan hutan desa Kalibandung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar), untuk menampung air guna mengantisipasi dan menanggulangi kebakaran lahan.
“Targetnya sore ini selesai satu kolam, lanjut besok lagi,” kata Rusdi saat ditemui, Minggu (25/7/2021).
Baca juga: Tiga Harimau Sumatera Ditemukan Mati Terjerat di Hutan Lindung Aceh, Begini Kondisinya
Maklum saja, seluruh kawasan hutan desa tersebut merupakan gambut tebal.
Jika musim kemarau, kebakaran lahan menjadi salah satu ancaman terbesar bagi keanekaragaman hayati di kawasan, sehingga setiap jarak 45 meter harus ada minimal satu kolam penampungan air.
“Kolam ini untuk menampung air. Jika nanti musim kemarau datang digunakan mencegah kebakaran lahan,” ucap Rusdi.
Hutan Desa Kalibandung terbentuk berdasarkan Surat Ketetapan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 4.769 Tahun 2018 dengan luas total lebih dari 7.000 hektar, yang terdiri atas 3.000 hektar hutan lindung dan 4.000 hektar hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK).
“Dalam rangka menjaga keanekaragaman hayati di wilayah hutan desa ini, tentunya yang harus kita waspadai dulu adalah api yang dapat menyebabkan kebakaran lahan,” kata Usman.
Dalam pengelolaan lahan, LPHD Kalibandung telah membentuk sejumlah kelompok usaha perhutanan sosial (KUPS).
Kelompok yang terdiri dari masyarakat petani setempat ini menanam jahe, jagung, nanas dan kopi di hutan desa.
Baca juga: Induk Harimau Sumatera dan 2 Anaknya Ditemukan Mati Terjerat di Kawasan Hutan Lindung Aceh
Hal ini sebagai upaya pemberdayaan potensi ekonomi masyarakat sekaligus bertujuan menghentikan ketergantungan warga terhadap eksploitasi hutan.
LPHD tidak bekerja sendiri, mereka dibantu dan diperkuat oleh pemerintah daerah dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat.
“Dari pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit yang berbatasan langsung dengan hutan desa belum ada kontribusi yang nyata dan berkelanjutan,” ucap Usman.
Sementara PT Graha Agro Nusantara (GAN) memastikan komitmen menjaga lingkungan dengan telah menggelar pelbagai kegiatan, seperti misalnya pelatihan pengelolaan hutan dan penandatanganan nota kesepahaman bersama pihak terkait, menyangkut konservasi habitat satwa dan pengelolaan kawasan yang baik dan ramah lingkungan.
Baca juga: Temuan Walhi Bali, Hutan Mangrove Tahura Ngurah Rai Menyusut 62 Hektar
Hutan Desa Kalibandung memiliki keanekaragaman hayati yang terbilang komplit.
Orangutan, bekantan, beruang madu, berbagai jenis burung dan kelempiau hidup di dalamnya.
Selain itu, juga ada berbagai jenis kayu, seperti bintangor, mengkuang, rengas, medang, mentibak, jungkang, mentapis, dan lainnya.
“Dalam survei dan patroli terakhir, kami menemukan kurang lebih 120 sarang orangutan,” terang Usman.