Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Agrowisata Petik Buah Girli Ecosystem Farming Milik Adi Latif Mashudi (Bagian 3)

Kompas.com - 26/04/2024, 12:03 WIB
Aria Rusta Yuli Pradana,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

BLORA, KOMPAS.com - Menempati area sekitar 2.000 meter persegi, lahan yang berada di pinggir sungai tepatnya Desa Sumberejo, Kecamatan Japah, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, dimanfaatkan untuk lokasi agrowisata sejumlah tanaman buah-buahan.

Agrowisata tersebut milik Adi Latif Mashudi, seorang eks tenaga kerja Indonesia (TKI) yang pernah bekerja di Korea Selatan dan kini memantapkan diri untuk menekuni profesi sebagai seorang petani.

Dia menamai agrowisata petik buah tersebut dengan sebutan Girli Smart Ecosystem Farming. Girli sendiri merupakan akronim dari pinggir kali.

Saat ini, terdapat dua green house dengan luas 500 meter persegi yang masing-masing ditanami tanaman melon sejumlah varietas.

Baca juga: Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

"Di sini ada 4 jenis melon, chamoe dari Korea Selatan, ada benih inthanon atau golden emerald, kemudian ada new kinanti dan kirani selaku dari benih lokal," ucap Adi, saat ditemui Kompas.com, di lokasi, Kamis (25/4/2024).

Dalam satu green house terdapat sekitar 1.000 tanaman melon yang panen tiap dua bulan sekali.

Dalam sekali panen, dirinya mampu memproduksi sekitar 1 ton melon dengan harga sekitar Rp 30.000 per kilogramnya.

"Kurang lebih omzet sekitar Rp 25 sampai Rp 30 juta minimal sekali panen," kata dia.

Modal lebih dari Rp 700 Juta

Kondisi agrowisata petik buah di Girli Smart Ecosystem Farming, Desa Sumberejo, Kecamatan Japah, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Kamis (25/4/2024)KOMPAS.COM/ARIA RUSTA YULI PRADANA Kondisi agrowisata petik buah di Girli Smart Ecosystem Farming, Desa Sumberejo, Kecamatan Japah, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Kamis (25/4/2024)

Untuk menyiapkan area seluas 2.000 meter persegi lengkap dengan green house dan sarana prasarana lainnya, Adi mengaku merogoh uang hampir Rp 900 juta yang diambil dari tabungannya selama lebih dari 5 tahun bekerja di Korea Selatan.

"Untuk analisa permodalan sebenarnya relatif besar untuk sekelas di desa, karena investasi total saya keseluruhan mengucurkan modal lebih dari Rp 700 juta. Karena memang saya berfokus di sini dan tidak akan berjalan satu atau dua tahun saja, saya akan terus bertahan di sini dan memperjuangkan girli farm," terang dia.

Butuh waktu 2 bulan untuk panen

Keberadaan agrowisata yang belum genap berusia satu tahun tersebut, manfaatnya sudah dapat dirasakan oleh masyarakat.

Setidaknya, untuk memanen buah melon yang ditanam, Adi membutuhkan waktu sekitar dua bulan.

"Kalau sampai panen itu kita proses selama dua bulan kurang lebih, maksimal itu di 70 hari," kata dia.

Agrowisata yang sudah melewati tiga kali masa panen, saat ini kondisinya sedang kembali ditanami buah melon.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

HUT Ke-477 Kota Semarang, Pemkot Semarang Beri Kemudahan Izin Nakes lewat Program L1ON

HUT Ke-477 Kota Semarang, Pemkot Semarang Beri Kemudahan Izin Nakes lewat Program L1ON

Kilas Daerah
Polda NTT Bentuk Tim Gabungan Ungkap Kasus Penemuan Mayat Terbakar di Kota Kupang

Polda NTT Bentuk Tim Gabungan Ungkap Kasus Penemuan Mayat Terbakar di Kota Kupang

Regional
Ketua Nasdem Sumbar Daftar Pilkada Padang 2024

Ketua Nasdem Sumbar Daftar Pilkada Padang 2024

Regional
Sopir Innova Tewas Diduga Serangan Jantung dan Tabrak 2 Mobil di Solo

Sopir Innova Tewas Diduga Serangan Jantung dan Tabrak 2 Mobil di Solo

Regional
Tujuan Pria di Semarang Curi dan Timbun Ratusan Celana Dalam Perempuan

Tujuan Pria di Semarang Curi dan Timbun Ratusan Celana Dalam Perempuan

Regional
Banjir Rob Demak, Kerugian Petambak Ikan Capai 14 Miliar Setahun Terakhir

Banjir Rob Demak, Kerugian Petambak Ikan Capai 14 Miliar Setahun Terakhir

Regional
Sebelum Meninggal, Haerul Amri Keluhkan Mata Perih dan Kebas

Sebelum Meninggal, Haerul Amri Keluhkan Mata Perih dan Kebas

Regional
Bukan Fenomena 'Heat Wave', BMKG Sebut Panas di Jateng Disebabkan Hal Ini

Bukan Fenomena "Heat Wave", BMKG Sebut Panas di Jateng Disebabkan Hal Ini

Regional
301 KK Warga Desa Laingpatehi dan Pumpente di Pulau Ruang Akan Direlokasi, Pemprov Sulut: Mereka Siap

301 KK Warga Desa Laingpatehi dan Pumpente di Pulau Ruang Akan Direlokasi, Pemprov Sulut: Mereka Siap

Regional
Jumlah Siswa Tak Sebanding dengan Sekolah, Mbak Ita Akan Tambah 3 SMP pada 2025

Jumlah Siswa Tak Sebanding dengan Sekolah, Mbak Ita Akan Tambah 3 SMP pada 2025

Regional
Guru PPPK di Semarang Mengeluh Gaji Belum Cair, Wali Kota: Laporan Belum Masuk

Guru PPPK di Semarang Mengeluh Gaji Belum Cair, Wali Kota: Laporan Belum Masuk

Regional
3 Eks Pegawai BP2MI Bandara Soekarno-Hatta Dituntut 1,5 Tahun Penjara

3 Eks Pegawai BP2MI Bandara Soekarno-Hatta Dituntut 1,5 Tahun Penjara

Regional
Saat Keluarga Dokter Wisnu Titip Surat untuk Presiden Jokowi, Minta Bantuan Pencarian

Saat Keluarga Dokter Wisnu Titip Surat untuk Presiden Jokowi, Minta Bantuan Pencarian

Regional
Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Kejati Sumbar Panggil Bupati Solok Selatan

Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Kejati Sumbar Panggil Bupati Solok Selatan

Regional
Mantan Walkot Tangerang Maju sebagai Calon Gubernur Banten

Mantan Walkot Tangerang Maju sebagai Calon Gubernur Banten

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com